Jumat, 13 Agustus 2010

KAROMAH PARA SAHABAT

1. 'Abdullah bin 'Umar r.a.

Dalam kitab Al-Thabaqat, Al-Subki menceritakan bahwa Abdullah bin 'Umar pernah berbicara dengan seekor singa yang mengaum dan menghadang orang-orang di tengah jalan. Singa itu mengibaskan ekornya, lalu pergi. (Dikemukakan dalam kitab Hujjatullah 'ala al-Alamin)

Riwayat senada juga dikemukakan dalam kitab Thabaqah karya Al-Munawi. Diceritakan bahwa ketika Abdullah bin 'Umar sedang menempuh suatu perjalanan, ada seekor singa menghalangi orang-orang di tengah jalan. Ia menghentikan untanya, lalu turun menghampiri singa itu, menggosok telinganya, dan menyingkirkannya dari tengah jalan. Abdullah bin `Umar mengatakan bahwa ia pemah mendengar Rasuulah Saw bersabda, "Jika manusia hanya takut kepada Allah, maka tidak ada hal lain yang bisa menguasainya."

Hal senada juga dinyatakan dalam kitab Al-Risalatal-Qusyairiyyah, "Sesungguhnya yang menguasai manusia adalah sesuatu yang menakutkannya. Jika manusia hanya takut kepada Allah, maka tak ada apa pun yang bisa menguasainya."

2. 'Ala' bin Hadhrami r.a.

Kisah 1

Abu Hurairah r.a. bercerita, 'Aku melakukan perjalanan bersama `Ala' bin Hadhrami dalam suatu rombongan, lalu aku melihatnya berperilaku aneh yang tidak masuk akal. Kami berhenti di tepi pantai, lalu 'Ala' berkata, `Sebutlah nama Allah dan terjunlah ke laut!' Kami menyebut nama Allah lalu menceburkan diri ke laut. Kami menyeberangi laut itu, tetapi airnya hanya setinggi kaki unta kami. Dalam perjalanan pulang, kami sampai di padang sahara padahal kami sama sekali tidak memiliki air, maka kami mengadu kepada `Ala'. la melakukan shalat dua rakaat, lalu berdoa. Tiba-tiba langit gelap, kemudian hujan turun menyirami kami, sehingga kami bisa meminum airnya. Kemudian `Ala' meninggal dunia, kami menguburkannya di hamparan tanah berpasir. Beln jauh kami melanjutkan perjalanan, kami khawatir ada binatang buas yang akan memangsa jenazahnya. Maka kami kembali, namun pusaranya sudah tidak ada." (Riwayat Abu Na'im)

Dalam riwayat lain, Abu Hurairah menceritakan bahwa dalam suatu perjalanan, Ala' menyeberangi laut dengan mengendarai kudanya. Ketika pulang, mereka sampai di sebuah padang sahara padahal mereka tidak memiliki air. `Ala lalu berdoa kepada Allah, tiba-tiba memancar sumber air dari bawah tanah berpasir. Mereka minum dan merasa segar kembali, lalu melanjutkan perjalanan. Salah seorang dari mereka ketinggalan barang bawaannya, maka ia kembali lagi, tetapi tidak menemukan sumber air itu. Kemudian `Ala' meninggal dunia, padahal mereka tidak memiliki air. Tiba-tiba muncul mendung, lalu hujan turun. Mereka memandikan dan memakamkannya. Ketika mereka kembali ke tempat Ala dimakamkan, pusaranya sudah tidak ada. (Riwayat Ibnu Sa'ad)

Kisah 2

Alias r.a. bertutur, "Aku menemukan tiga keajaiban yang dimiliki umat Islam ini. Seandainya Bani Isra'il yang memiliki keajaiban itu, niscaya umat-umat lain tidak akan mengadakan perjanjian dengan mereka." Salah satu keajaiban yang diceritakan Anas: 'Umar bin Khattab mempersiapkan pasukan perang termasuk Anas dan mengangkat `Ala' bin Hadhrami sebagai pemimpinnya. Selanjutnya mereka mendatangi medan peperangan, dan melihat musuh telah mempersiapkan strateginya dengan menutup saluran-saluran air. Hari teramat panas, mereka dan binatang-binatang mereka merasa kehausan. Menjelang matahari terbenam, mereka shalat dua rakaat. Kemudian 'Ala' bin Hadhrami mengangkat tangannya, padahal di langit tidak ada apa-apa. Sebelum ia menurunkan tangannya, Allah mengirimkan angin dan memunculkan mendung. Lalu turunlah hujan, sehingga tempat berbatu yang sulit dilewati juga celah di antara dua bukit penuh dengan air. Mereka minum dan membawa bekal minuman.

Kemudian mereka mendatangi musuh, tetapi musuh telah melintasi teluk menuju daratan di seberang laut. 'Ala' berhenti di atas teluk itu, lalu berdoa, "Wahai Zat Yang Maha Tinggi, Maha Agung, dan Maha Mulia." Lalu berkata, "Seberangilah dengan menyebut asma Allah." Mereka menyeberangi laut itu, airnya hanya setinggi kuku kaki binatang. Ala' kemudian meninggal dunia, dan dimakamkan. Selesai dimakamkan, ada seorang laki-laki datang dan bertanya, "Siapa dia?" Mereka menjawab, "Manusia yang paling baik, putra Hadhrami." Laki-laki itu berkata, "Daerah ini tidak bisa digunakan wuuk mengubur jenazah, karena sering ada binatang Was yang menggali tanah untuk mencari makan. Sebaiknya kalian memindahkan jenazahnya ke dacrah yang aman, satu atau dua mil dari sini." Mercka khawatir ada binatang Was yang memangsa jenazah Ala, maka mereka sepakat unruk menggali makamnya, tetapi jenazahnya sudah tidak ada di sana lagi, dan mendadak hang lahatnya terlihat memanjang dan mengeluarkan cahaya bcrkilauan. Mereka mengurug makamnya kembali, lalu melanjutkan perjalanan." (Riwayat Al-Baihaqi)

Kisah 3

Dalam kitab Al Aghani li Abi al-Faraj al-Ashbahani, kisah Ala' bin Hadhrami diceritakan secara panjang lebar berdasarkan riwayat Muhammad bin Jarir. Munjab bin Rasyid (sahabat Rasulullah Saw) menuturkan kisah tersebut sebagai berikut, Abu Bakar mengutus Ala' bin Hadhrami dan pasukannya unruk mcmerangi orang-orang murtad di Bahrain. Orang-orang muslim yang tidak murtad menyusul pasukan Ala' sewaktu mereka, berjalan di padang terbuka. Ketika sampai di tengah-tengah padang itu, Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada mereka. Ala' turun dari kendaraannya dan menyuruh pasukannya untuk turun.

Di tengah malam, unta-unta mereka lari ketakutan sampai tak tersisa satu pun, dengan membawa semua perbekalan dan tenda yang belum sempat mereka turunkan dari punggung unta-unta itu. Mereka tidak mengerti sekelompok hewan apa yang menyerang unta-unta itu, tetapi tidak menyerang diri mereka. Mereka saling memperingatkan untuk tetap waspada, lalu pemberi aba-aba menyuruh mereka berkumpul. Ala' kemudian berkata, "Apa yang telah menyerang dan mengalahkan kalian?" Orang-orang mengadu kepadanya, "Kita terjebak di tengah-tengah padang pasir tanpa air. Jika kita di sini sampai besok meskipun matahari tidak menyengat, maka kita hanya pulang tinggal nama." Ala' berkata, "Jangan takut! Bukankah kalian orang-orang muslim? Bukankah kalian berjuang di jalan Allah! Bukankah kalian penolong-penolong agama Allah?" Mereka menjawab, "Ya." Ala' berkata lagi, "Bergembiralah! Demi Allah, Allah Yang Maha Suci dan Maha Luhur tidak akan menelantarkan kalian dalam kondisi seperti ini."

Seorang muazin kemudian mengumandangkan azan shalat subuh ketika fajar terbit. Ala' shalat bcrsama pasukannya. Sebagian dari mereka bersuci dengan tayammum, dan sebagian lagi masih dalam keadaan suci. Selesai shalat, Ala' berlutut diikuti oleh pasukannya.Aa berdoa dengan sungguh-sungguh begitu juga pasukannya. Kemudian mereka melihat fatamorgana. Belum selesai Ala berdoa, mereka melihat fatamorgana lagi. Komandan perang berseru, 'Air." Ala' berdiri dikuti oleh pasukannya. Mereka mendekati air itu, lalu minum dan mandi. Matahari belum begitu tinggi, ketika unta-unta datang dari berbagai arah mendekati mereka. Setiap orang menunggang satu unta, sehingga tak satu pun yang berjalan. Setelah minum, mereka merasa puas dan segar kembali, lalu melanjutkan perjalanan.

Pada waktu itu, Munjab bin Rasyid berjalan bersisian dengan Abu Hurairah. Setelah jauh dari tempat itu, Abu Hurairah bertanya kepada Munjab, "Menurutmu, di mana sumber air yang tadi kita pakai?" Munjab menjawab, "Aku orang yang paling mengetahui daerah ini." Abu Hurairah berkata, "Kalau begitu, mari kita kembali sampai kau bisa menunjukkan kepadaku sumber air tersebut." Munjab dan Abu Hurairah kembali ke tempat itu, tetapi keduanya tidak menemukan kolam dan jejak air itu. Munjab berkata kepada Abu Hurairah, "Demi Allah, meski aku tidak melihat kolam air, aku yakin ini tempat kita tadi, dan aku tidak pernah melihat air di tempat ini sebelumnya." Kemudian Abu Hurairah melihat sekeliling, tiba-tiba ada kantong kulit penuh dengan air. Abu Hurairah berkata, "Hai Sahm, demi Allah, inilah tempat itu. Mari kita isi kembali kantong kulit kita, lalu letakkan di tepi lembah." Munjab mcnimpah, "Ini adalah anugerah dan tanda kekuasaan Allah." Munjab meyakini hal itu, lalu memuji Allah.

Kemudian Ala dan pasukannya melanjutkan perjalanan, hingga tiba di tempat bernama Hijr. Pasukan muslimin berperang dengan orangorang kafir dan berhasil mengalahkan mereka di sana. Orang-orang kafir melarikan diri ke daratan di seberang laut. Mereka menyeberangi laut dengan menggunakan kapal. Allah mengumpulkan mereka di daratan tersebut. Ala' memerintahkan pasukannya mengejar mereka, dan berkhutbah, 'Allah Yang Maha Agung dan Perkasa telah membuat kalian nenghadapi pasukan setan dan perang yang berat pada hari ini. Dia telah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kalian di daratan, agar kalian bisa mengambil pelajaran darinya untuk bisa menyeberangi laut ini. Bangkitlah untuk melawan musuh kalian, perlihatkan kepada mereka bahwa kalian bisa menyeberangi laut meski tanpa kapal, karena Allah juga telah mengumpulkan mereka di daratan tersebut." Pasukannya menjawab, "Kami akan melakukannya, kami tidak akan takut. Demi Allah, kami telah berhasil menaklukkan padang sahara tadi maka kami yakin Allah akan menolong kami untuk menaklukkan lautan itu."

Ala' dan pasukannya melanjutkan perjalanan, sampai tiba di tepi laut. Mereka melintasi laut itu dengan naik kuda, beserta binatang angkutan, sekawanan unta, bagal, dan ada pula yang berjalan kaki. Ala membaca doa, "Wahai Zat Yang Maha Pengasih di antara Yang Pengasih, Yang Maha Mulia, Yang Maha Bijaksana, tempat berlindung, Yang Maha Hidup, Yang menghidupkan yang mati, Yang Maha hidup lagi Maha menegakkan, dada tuhan selain Engkau, wahai Tuhan kami."

Mereka melintasi laut itu dengan izin Allah seperti bcrjalan di atas pasir, dan airnya hanya setinggi tapak kaki kuda. Laut itu biasanya ditempuh selama sehari semalam dengan naik kapal. Pasukan muslimin sampai ke daratan. Mereka tidak membiarkan satu orang musyrik pun lolos, menawan anak-anak, dan mcngambil harta rampasan perang. Saat itu, pasukan berkuda kaum muslimin berjumlah 6000 orang dan yang bcrjalan kaki 2000 orang. Selesai perang, mereka pulang dengan menyeberangi laut seperti sebelumnya.

'Atiq menyenandungkan syair tentang peristiwa ini:

Tidakkah engkau lihat Allah telah menundukkan laut-Nya
Dan menyerang orang-orang kafir dengan kekuasaan-Nya
Orang yang membelah lautan kembali datang kepada kami
Dengan keajaiban yang lebih mengagumkan daripada membelah lautan

Ala' dan pasukannya pulang dari daratan itu kecuali orang-orang yang ingin tinggal di sana. Di Hijr, ada seorang rahib yang masuk Islam. Rahib itu ditanya, "Apa yang mendorongmu untuk masuk Islam?" Ia menjawab, 'Ada tiga keajaiban pasukan muslimin yang telah aku saksikan, yakni munculnya banyak air di padang yang gersang, terbukanya jalan di lautan, dan doa mereka yang kudengar di udara seperti sihir. Setelah menyaksikannya, aku takut Allah akan memperburuk keadaanku bila aku tidak masuk Islam." Orang-orang bertanya, "Doa apa itu?" Ia menjawab, "Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, tiddatuhan selain Engkau, Yang Menciptakan segala sesuatu yang sebelumnya tidak ada, Yang Maha Kekal dan tidak pernah lengah, Yang Maha Hidup dan tidak akan mati, Yang menciptakan sesuatu yang terlihat dan tak terlihat. Setiap hari ada karena kehendak-Mu. Ya Allah yang mengetahui segala sesuatu tanpa belajar. Aku yakin kekalahan kaum kafir adalah kehendak dan perintah Allah." Sahabat-sahabat Rasulullah Saw mendengarkan doa yang diungkapkan seorang rahib dari Hijr itu.

3. 'Amir bin Fuhairah r.a.'

Kisah 1

'Urwah mengisahkan bahwa ketika orang-orang yang pergi ke Bi'r Ma'unah terbunuh dan Amr bin Umayyah al-Dhamri ditawan, Amir bin Thufail bertanya kepada Amr bin Umayyah, "Siapa orang ini?" sambil menunjuk kepada salah scorang yang terbunuh. Amr bin Umayyah menjawab, "Ini Amir bin Fuhairah." Amir bin Thufail berkata, "Setelah ia terbunuh, aku melihatnya diangkat ke atas, sehingga berada di antara langit dan bumi. Kemudian diletakkan kembali ke bumi." Berita tentang mereka sampai kepada Nabi Saw, lalu beliau mengabarkan kematian mereka kepada para sahabat. Beliau berkata, "Sahabat-sahabat kalian telah gugur dan mereka telah berdoa kepada Allah, 'Ya Tuhan kami, beritahukanlah kepada saudara-saudara kami bahwa kami ridha kepada-Mu dan Engkau ridha kepada kami." Maka Rasulullah Saw. mengabarkan hal tersebut kepada para sahabat. (Riwayat Bukhari dari jalur Hisyam bin `Urwah)

Kisah 2

Riwayat lain dari Ibnu Mas'ud r.a. menceritakan bahwa Rasulullah Saw mengirim pasukan. Tak lama kemudian Rasulullah berdiri, memuji Allah, dan bcrkata, "Saudara-saudara kalian telah berhadapan dengan orang-orang musyrik dan mereka gugur, hingga tidak tersisa seroang pun. Mereka telah berdoa, `Ya Tuhan, sampaikan kepada kaum kanu bahwa kami ridha kepada-Mu dan Engkau ridha kepada kami.' Aku adalah utusan mereka untuk menyampaikan hal ini kepada kalian. Mereka telah ridha dan Allah meridhai mereka." (Riwayat Al-Baihaqi)

Kisah 3

Mundzir bin Amr menceritakan tentang kisah orang-orang utusan Nabi yang biasa mengajarkan Al-Qur'an dan Sunnah kepada kaumnya. Dalam kisah itu, ia menyebutkan bahwa Amir bin Thufail bertanya kepada Amr bin Umayyah, "Apakah engkau kenal rekan-rekanmu?"'Amr bin Umayyah menjawab, "Ya." Lalu Amir bin Thufail mengelilingi jenazah para syahid yang gugur dan menanyakan nasab mereka kepada Amr bin Umayyah, lalu bertanya, "Apakah kamu kehilangan salah scorang dari mereka?" Amr bin Umayyah menjawab,'Aku mencari budak Abu Bakar yang bernama Amir bin Fuhairah." Amir bin Thufail bertanya lagi, "Bagaimana perilakunya?" Amr bin Umayyah menjawab, "Ia orang yang paling baik di antara kami."

Amir bin Thufail berkata, "Aku akan memberitahukan keadaan Amir bin Fuhairah. Ia tertusuk tombak di medan perang, lalu tombak itu lepas sendiri. Kemudian jenazahnya diangkat ke langit, hingga, demi Allah, aku tidak bisa melihatnya lagi. Yang membunuhnya adalah seorang laki-laki dari suku Kilab bernama Jabbar bin Salma. Ketika Jabbar berhasil menusuknya, ia mendengar Amir bin Fuhairah berkata, `Demi Allah, aku menang.'

Lalu Mundzir, menemui Dhahhak bin Sufyan al-Kilabi dan menceritakan kisah Amir bin Fuhairah. Mundzir masuk Islam setelah mengetahui kisah Amir bin Fuhairah yang jeenazahnya diangkat ke langit dan tiada satu orang pun yang seperti itu. Dhahhak mcnulis hadis yang disandarkan kepada Rasulullah Saw. yang menyatakan bahwa para malaikat mcnguburkan jcnazah Amir bin Fahirah dan menempatkan nya di surga yang tertinggi. (Riwayat Al Waqidi dari Mash'ab bin Tsabit dari Abdul Aswad dari `Urwah)

Menurut riwayat Al-Baihaqi, jcnazah Amir bin Fuhairah mungkin diangkat ke langit, diletakkan lagi ke bumi, lalu hilang, senada dengan riwayat Bukhari dari jalur `Urwah yang menyatakan bahwa jenazah Amir bin Fuhairah diangkat ke langit, kemudian diletakkan kembali ke bumi, dan sampai saat ini belum ditemukan. Orang-orang mengatakan bahwa malaikat telah menguburkannya.

Al-Baihaqi juga meriwayatkan dari `Urwah yang terhubung dengan `Aisyah dengan redaksi, "Setelah peperangan, aku melihat jenazah Amir bin Fuhairah terangkat ke atas, berada di antara langit dan bumi, sampai aku tidak bisa melihatnya lagi." Riwayat tersebut tidak menceritakan bahwa jenazahnya diturunkan kembali ke bumi, dan banyak riwayat yang menyatakan bahwa Amir bin Fuhairah dimakamkan di langit.

Ibnu Sa'ad juga meriwayatkan dari Waqidi dari Muhammad bun 'Abdullah dari Al-Zuhri, dari `Urwah, dari Aisyah r.a. bahwa Amir bin Fuhairah naik ke atas langit, dan tidak dikctemukan jenazahnya. Orang-orang menceritakan bahwa malaikat telah menguburnya di langit.

4. 'Amr bin `Ash r.a

Dalam kitab Tuhfat al-Ahbab fi Mazarat Misra, Al-Sakhawy menceritakan bahwa ada seorang laki-laki menziarahi makam Amr bin Ash. Di pemakaman, si peziarah melihat seorang laki-laki sedahg duduk, lalu ia bertanya tentang makam Amr bin Ash kepada laki-laki itu. Laki-laki yang duduk itu memberi isyarat dengan kakinya dan tidak beranjak dari tempatnya. Amr bin Ash wafat di Mesir pada malam 'Idul Fitri tahun 43 H.

5. 'Ibad bin Basyar dan Asid bin Hadhir r.a.

Anas r.a. menceritakan bahwa `Ibad bin Basyar dan Asid bin Hadhir menemui Rasulullah Saw untuk satu keperluan, hingga mereka harus pulang larut malam, padahal malam begitu gelap. Keduanya berjalan dengan memegang tongkat. Salah satu tongkat itu mengeluarkan cahaya yang menerangi jalan mereka. Sewaktu keduanya berpisah jalan, tongkat satunya juga menyala, sehingga masing-masing berjalan diterangi cahaya tongkatnya sampai di rumah. (Riwayat Ibnu Sa'ad dan Al-Hakim yang dianggap sahih oleh Al-Baihayi dan Abu Na'im)

Dalam riwayat lain, Anas r.a menceritakan bahwa ada dua sahabat Nabi Saw keluar pada waktu malam yang gelap gulita. Di tangan mereka ada cahaya terang yang mirip lampu. Sewaktu mereka berpisah jalan, masing-masing berjalan diterangi cahaya itu sampai tiba di rumah.

6. 'Imran bin Hashin r.a.

Karamah `Imran bin Hashin yang paling termashur adalah kemampuannya mendengar para malaikat bertasbih kepada Allah, dan ia mengobati sakitnya dengan menempelkan besi panas tetapi ia bisa menahannya, lalu Allah mengembalikan kesehatannya seperti semula. (Riwayat Al Subki)

Ibnu Atsir meriwayatkan dalam kitab Usud al-Ghabah bahwa Rasulullah Saw melarang membuat tato (cap atau tanda pada tubuh) dengan cara menempelkan besi panas. 'Imran berkata, "Kami pernah menempelkan besi panas di tubuh tetapi kami tidak berhasil dan tidak selamat."

Ibnu Atsir menjelaskan bahwa ketika 'Imran sakit, malaikat mendoakan kesehatannya. 'Imran kemudian mengobati sakitnya dengan menempelkan besi panas, maka malaikat berhenti mendoakannya, lalu mendoakannya lagi. 'Imran juga pernah menderita penyakit busung air selama bertahun-tahun, tetapi ia tetap sabar. 'Imran membelah perutnya dan mengambil lemaknya. Ia membuat lubang pada perutnya dan bertahan dalam keadaan seperti itu selama 30 tahun. Seseorang menjenguknya dan berkata, "Ya Abu Najid, demi Allah, Allah pasti melarangku menjengukmu kalau kedaaimu begini." 'Imran menjawab, "Hai putra saudaraku, jangan duduk. Demi Allah, sesuatu yang aku sukai juga sangat disukai Allah."

7. 'Ubaidah bin Harits bin 'Abdul Muthalib, anak paman Nabi Saw.

`Ubaidah adalah orang yang paling lanjut usianya dari golongan kaum muslimin yang ikut perang Badar. Dalam perang itu, kakinya terpotong. Lalu Rasulullah Saw meletakkan kepala `Ubaidah di pangkuannya. 'Ubaidah kemudian berkata, "Ya Rasulullah, seandainya Abu Thalib melihatku, tentu ia akan tahu bahwa aku sesuai dengan syair yang dilantunkannya:

Kami akan menyelamatkan Muhammad meski harus memerangi sekitarnya Melupakan anak dan istri kami"

`Ubaidah kembali bersama Rasulullah Saw dari perang Badar, lalu ia wafat di Shafra'. Ada yang menceritakan bahwa ketika Nabi Saw bersama sahabat-sahabatnya sampai di sana setelah `Ubaidah wafat, para sahabat berkata kepada beliau, "Kami mencium harum minyak wangi." Beliau berkata, "Kalian pasti menciumnya karena ini adalah pusara Abu Mu'awiyah." (Riwayat Ibnu Atsir dalam kitab Usud al-Ghabah)

Ketika terbunuh, `Ubaidah berusia 63 tahun, tetapi wajahnya terlihat sangat tampan. (Riwayat Ibnu Mandah, Abu Na'im, dan 'Umar bin Abdil Barr)

8. 'Umar bin Khattab r.a.

Kisah 1

Ibnu Abi Dunya meriwayatkan bahwa ketika `Umar bin Khattab r.a. melewati pemakaman Baqi', ia mengucapkan salam, "Semoga keselamatan dilimpahkan padamu, hai para penghuni kubur. Kukabarkan bahwa istri kalian sudah menikah lagi, rumah kalian sudah ditempati, kekayaan kalian sudah dibagi." Kemudian ada suara tanpa rupa menyahut, "Hai `Umar bin Khattab, kukabarkan juga bahwa kami telah mendapatkan balasan atas kewajiban yang telah kami lakukan, keuntungan atas harta yang yang telah kami dermakan, dan penyesalan atas kebaikan yang kami tinggalkan." (Dikemukakan dalam bab tentang kubur)

Yahya bin Ayyub al-Khaza'i menceritakan bahwa `Umar bin Khattab mendatangi makam seorang pemuda lalu memanggilnya, "Hai Fulan! Dan orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya, akan mcndapat dua surga (QS Al-Ralunan [55]: 46). Dari liang kubur pemuda itu, terdengar jawaban, "Hai 'Umar, Tuhanku telah memberikan dua surga itu kepadaku dua kali di dalam surga." (Riwayat Ibnu 'Asakir)

Kisah 2

Al Taj al-Subki mengemukakan bahwa salah satu karamah Khalifah 'Umar al-Faruq r.a. dikemukakan dalam sabda Nabi yang berbunyi, "Di antara umat-umat sebelum kalian, ada orang-orang yang menjadi legenda. Jika orang seperti itu ada di antara umatku, dialah 'Umar."

Kisah 3

Diceritakan bahwa `Umar bin Khattab r.a. mengangkat Sariyah bin Zanim al-Khalji sebagai pemimpin salah satu angkatan perang kaum muslimin untuk menycrang Persia. Di Gerbang Nihawan, Sariyah dan pasukannya terdesak karena jumlah pasukan musuh yang sangat banyak, sehingga pasukan muslim hampir kalah. Sementara di Madinah, `Umar naik ke atas mimbar dan berkhutbah. Di tengah-tengah khutbahnya, 'Umar berseru dengan suara lantang, "Hai Sariyah, berlindunglah ke gunung. Barangsiapa menyuruh esrigala untuk menggembalakan kambing, maka ia telah berlaku zalim!" Allah membuat Sariyah dan seluruh pasukannya yang ada di Gerbang Nihawan dapat mendengar suara `Umar di Madinah. Maka pasukan muslimin berlindung ke gunung, dan berkata, "Itu suara Khalifah `Umar." Akhirnya mereka selamat dan memperoleh kemenangan.

Al Taj al-Subki menjelaskan bahwa ayahnya (Taqiyuddin al-Subki) menambahkan cerita di atas. Pada saat itu, Ali menghadiri khutbah `Umar lalu ia ditanya, "Apa maksud perkataan Khalifah `Umar barusan dan di mana Sariyah sekarang?" Ali menjawab, "'Doakan saja Sariyah. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya." Dan setelah kejadian yang dialami Sariyah dan pasukannya diketahui umat muslimin di Madinah, maksud perkataan `Umar di tengah-tengah khutbahnya tersebut menjadi jelas

Menurut al Taj al-Subki, `Umar r.a. tidak bermaksud menunjukkan karamahnya ini, Allah-lah yang menampakkan karamahnya, sehingga pasukan muslimin di Nihawan dapat melihatnya dengan mata telanjang, seolah-olah `Umar menampakkan diri secara nyata di hadapan mereka dan meninggalkan majelisnya di Madinah sementara seluruh panca indranya merasakan bahaya yang menimpa pasukan muslimin di Nihawan. Sariyah berbicara dengan `Umar seperti dengan orang yang ada bersamanya, baik `Umar benar-benar bersamanya secara nyata atau seolah-olah bersamanya. Para wali Allah terkadang mengetahui hal-hal luar biasa yang dikeluarkan oleh Allah melalui lisan mereka dan terkadang tidak mengetahuinya. Kedua hal tersebut adalah karamah.

Kisah 4

Dalam kitab al-Syamil, Imain al-Haramain menceritakan Karamah 'Umar yang tampak ketika terjadi gempa bumi pada masa pemerintahannya. Ketika itu, 'Umar malah mengucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah, padahal bumi bergoncang begitu menakutkan. Kemudian `Umar memukul bumi dengan kantong tempat susu sambil berkata, "Tenanglah kau bumi, bukankah aku telah berlaku adil kepadamu." Bumi kembali tenang saat itu juga. Menurut Imam al-Haramain, pada hakikatnya `Umar r.a. adalah amirul mukminin secara lahir dan batin juga sebagai khalifah Allah bagi bumi-Nya dan bagi penduduk bumi-Nya, sehingga `Umar mampumemerintahkan dan menghentikan gerakan bumi, sebagaimana ia menegur kesalahan-kesalahan penduduk bumi.

Kisah 5

Imam al-Haramain juga mengemukakan kisah tentang sungai Nil dalam kaitannya dengan karamah 'Umar. Pada masa jahiliyah, sungai Nil tidak mengalir sehingga setiap tahun dilemparlah tumbal berupa seorang perawan ke dalam sungai tersebut. Ketika Islam datang, sungai Nil yang seharusnya sudah mengalir, tenyata tidak mengalir. Penduduk Mesir kemudian mendatangi Amr bin Ash dan melaporkan bahwa sungai Nil kering sehingga diberi tumbal dengan melempar seorang perawan yang dilengkapi dengan perhiasan dan pakaian terbaiknya. Kemudian Amr bin Ash r.a. berkata kepada mereka, "Sesungguhnya hal ini tidak boleh dilakukan karena Islam telah menghapus tradisi tersebut." Maka penduduk Mesir bertahan selama tiga bulan dengan tidak mengalirnya Sungai Nil, sehingga mereka benar-benar menderita.

'Amr menulis surat kepada Khalifah `Umar bin Khattab untuk menceritakan peristiwa tersebut. Dalam surat jawaban untuk 'Amr bin Ash, 'Umar menyatakan, "Engkau benar bahwa Islam telah menghapus tradisi tersebut. Aku mengirim secarik kertas untukmu, lemparkanlah kertas itu ke sungai Nil!" Kemudian Amr membuka kertas tersebut sebelum melemparnya ke sungai Nil. Ternyata kertas tersebut berisi tulisan Khalifah 'Umar untuk sungai Nil di Mesir yang menyatakan, "Jika kamu mengalir karena dirimu sendiri, maka jangan mengalir. Namun jika Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa yang mengalirkanmu, maka kami mohon kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa untuk membuatmu mengalir." Kemudian 'Amr melempar kertas tersebut ke sungai Nil sebelum kekeringan benar-bcnar terjadi. Sementara itu penduduk Mesir telah bersiap-siap untuk pindah meninggalkan Mesir. Pagi harinya, ternyata Allah Swt. telah mengalirkan sungai Nil enam belas hasta dalam satu malam.

Kisah 6

Imam al-Haramain menceritakan karamah `Umar lainnya. 'Umar pernah memimpin suatu pasukan ke Syam. Kemudian ada sekelompok orang menghalanginya, sehingga 'Umar berpaling darinya. Lalu sekelompok orang tadi menghalanginya lagi, `Umar pun berpaling darinya lagi. Sekelompok orang tadi menghalangi `Umar untuk ketiga kalinya dan 'Umar berpaling lagi darinya. Pada akhirnya, diketahui bahwa di dalam sekelompok orang tersebut terdapat pembunuh 'Utsman dan Ali r.a.

Kisah 7

Dalam kitab Riyadh al-Shalihin, Imam Nawawi mengemukakan bahwa Abdullah bin `Umar r.a. berkata, "Setiap kali `Umar mengatakan sesuatu yang menurut prasangkaku begini, pasti prasangkanya itu yang benar."

Saya tidak mengemukakan riwayat dari Ibnu `Umar tersebut dalam kitab Hujjatullah 'ala al-'Alamin. Kisah tentang Sariyah dan sungai Nil yang sangat terkenal juga disebutkan dalam kitab Thabaqat al-Munawi al-Kubra. Dalam kitab tersebut juga dikemukakan karamah 'Umar yang lainnya yaitu ketika ada orang yang bercerita dusta kepadanya, lalu `Umar menyuruh orang itu diam. Orang itu bercerita lagi kepada `Umar, lalu Umar menyuruhnya diam. Kemudian orang itu berkata, "Setiap kali aku berdusta kepadamu, niscaya engkau menyuruhku diam."

Kisah 8

Diccritakan bahwa 'Umar bertanya kepada seorang laki-laki, "Siapa namamu?" Orang itu menjawab, "Jamrah (artinya bara)." `Umar bertanya lagi, "Siapa ayahmu?" Ia menjawab, "Syihab (lampu)." `Umar bertanya, "Keturunan siapa?" Ia menjawab, "Keturunan Harqah (kebakaran)." 'Umar bertanya, "Di mana tempat tinggalmu?" Ia menjawab, "Di Al Harrah (panas)." `Umar bertanya lagi, "Daerah mana?" Ia menjawab, "Di Dzatu Lazha (Tempat api)." Kemudian `Umar berkata, "Aku melihat keluargamu telah terbakar." Dan seperti itulah yang terjadi.

Kisah 9

Fakhrurrazi dalam tafsir surah Al-Kahfi menceritakan bahwa salah satu kampung di Madinah dilanda kebakaran. Kemudian `Umar menulis di secarik kain, "Hai api, padamlah dengan izin Allah!" 'Secarik kain itu dilemparkan ke dalam api, maka api itu langsung padam.

Kisah 10

Fakhrurrazi menceritakan bahwa ada utusan Raja Romawi datang menghadap `Umar. Utusan itu mcncari rumah `Umar dan mengira rumah 'Umar seperti istana para raja. Orang-orang mengatakan, "'Umar tidak memiliki istana, ia ada di padang pasir sedang memerah susu." Setelah sampai di padang pasir yang ditunjukkan, utusan itu melihat `Umar telah meletakkan kantong tempat susu di bawah kepalanya dan tidur di atas tanah. Terperanjatlah utusan itu melihat `Umar, lalu berkata, "Bangsa-bangsa di Timur dan Barat takut kepada manusia ini, padahal ia hanya seperti ini. Dalam hati ia berjanji akan membunuh `Umar saat sepi seperti itu dan membebaskan ketakutan manusia terhadapnya. Tatkala ia telah mengangkat pedangnya, tiba-tiba Allah mengeluarkan dua harimau dari dalam bumi yang siap memangsanya. Utusan itu menjadi takut sehingga terlepaslah pedang dari tangannya. 'Umar kemudian terbangun, dan ia tidak melihat apa-apa. 'Umar menanyai utusan itu tentang apa yang terjadi. Ia menuturkan peristiwa tersebut, dan akhirnya masuk Islam.

Menurut Fakhrurrazi, kejadian-kejadian luar biasa di atas diriwayatkan secara ahad (dalam salah satu tingkatan sanadnya hanya ada satu periwayat). Adapun yang dikisahkan secara mutawatir adalah kenyataan bahwa meskipun `Umar menjauhi kekayaan duniawi dan tidak pernah memaksa atau menakut-nakuti orang lain, ia mampu menguasai daerah Timur dan Barat, serta menaklukkan hati para raja dan pemimpin. Jika anda mengkaji buku-buku sejarah, anda tak akan menemukan pemimpin seperti 'Umar, sejak zaman Adam sampai sekarang. Bagaimana 'Umar yang begitu menghindari sikap memaksa bisa menjalankan politiknya dengan gemilang. Tidak diragukan lagi, itu adalah karamahnya yang paling besar.

9. 'Abbas r.a.

Pada masa pemerintahan `Umar, kaum muslimin ditimpa kekeringan. 'Umar dan 'Abbas r.a. keluar rumah untuk shalat istisqa'. 'Umar berdiri dan mengangkat kedua lengannya ke atas, lalu berdoa, "Ya Allah, kami mendekatkan diri kepada-Mu melalui paman Nabi-Mu. Engkau pernah berfirman dan firman-Mu pasti benar, Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak muda yang yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdoa, sedang ayahnya adalah orang yang saleh (QS Al-Kahfi [18]: 82). Kekayaan itu terjaga karena kesalehan ayah mereka. Oleh karena itu ya Allah, jagalah NabiMu karena pamannya. Kami sungguh-sungguh mendekati-Mu untuk memohon pertolongan dan ampunan dengan perantaraan paman NabiMu."

Selanjutnya `Umar menghadap kepada orang-orang dan membaca ayat, Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan lebat untukmu. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan sungai-sungai. (QS Nuh [71]: 10-12)

'Abbas merasa sangat sedih, air matanya menetes, jari telunjuknya berputar di atas dadanya, sembari berdoa, "Ya Allah, Engkaulah Pelindung, jangan biarkan kami tersesat. Jangan biarkan kami putus asa, terlantar di dalam rumah. Semua kaumku baik yang besar maupun kecil telah lemah, karena itu mengadu kepada-Mu. Engkau mengetahui rahasia dan hal yang samar. Ya Allah, hujan mereka dengan hujan-Mu. Kaumku mendekatkan diri kepada-Mu melalui perantaraanku karena kedudukanku yang dekat dengan Nabi-Mu Saw."

Tiba-tiba muncul mendung besar, lalu orang-orang berkata, "Lihatlah! Lihatlah!" Mendung itu semakin menghitam dan digerakkan angin, lalu turunlah hujan lebat. Kaum muslimin tidak juga beranjak dari tempat itu sampai kemudian mereka harus menyingsingkan pakaian karena air telah mencapai lutut. Mereka menggandeng 'Abbas, mengusap selendangnya, dan berkata, "Semoga kebahagiaan terlimpah untukmu, wahai orang yang menyirami Mekkah dan Madinah, sehingga Allah menyuburkan tanah dan negeri kami, serta mengasihi hamba-hamba-Nya." (Riwayat Al Taj al-Subki).

Ibnu Atsir menccritakan dalam kitab Usud al-Ghabah bahwa 'Umar bin Khattab shalat istisqa' dengan 'Abbas r.a. ketika kaum muslimin dilanda kekeringan, lalu Allah menurunkan hujan dan menyuburkan bumi kembali karena kemulaan Abbas. 'Umar berkata, "Demi Allah, ini adalah wasilah kepada Allah.

Hasan bin Tsabit juga menyenandungkan syair:

Mintalah kepada sang imam.
Karena kegersangan telah lama melanda
Mendung mencurahkan hujan berkat kemuliaan Abbas
Paman Nabi dan saudara kandung ayahandanya
Tang mewarisi mendung darn Nabi-Mu untuk umat manusia
Karena ia, Allah menghidupkan negeri ini
Menghijau segenap penjurunya, setelah lama mengering

10. 'Abdullah bin Abu Jabir r.a

Jabir menceritakan bahwa ketika ayahnya gugur dalam perang Uhud, bibinya menangis. Kemudian Rasulullah Saw berkata, "Jangan menangisinya, untuk apa kau menangisinya, padahal para malaikat memayungi Abdullah dengan sayap mereka, kemudian mengangkatnya." (HR Bukhari dan Muslim)

Jabir r.a. berkata, "Pada masa pemerintahan Mu`awiyah, aku membongkar pusara ayahku. Lalu aku mengeluarkan jenazahnya, ternyata masih sama seperti ketika dimakamkan, tidak mengalami perubahan sedikit pun. Akhirnya aku memakamkannya kembali." (Riwayat Al-Baihaqi)

Dalam riwayat lain Jabir bercerita, "Ketika Mu`awiyah ingin membuat saluran dari mata air di bukit Uhud, kami disuruh menggali makam para pahlawan perang Uhud. Kami mendatangi pemakaman mereka, membongkar makam mereka yang sudah tertutup pohon-pohon kurma selama hampir 40 tahun, dan mengeluarkan jenazah mereka. Kemudian ada sekop seorang penggali yang mengenai kaki Hamzah, ternyata kakinya masih mengucurkan darah." (Riwayat Ibnu Sa'ad, Al-Baihaqi, dan Abu Na`im )

Versi lain menyebutkan bahwa ketika jenazah Abdullah, ayah Jabir, dikeluarkan dan pusaranya, posisi tangan Abdullah berada di atas luka yang dialaminya ketika perang Uhud. Sewaktu tangannya disingkirkan dari lukanya, luka itu mengucurkan darah, dan ketika dikembalikan ke posisi semula, darah itu berhenti mengalir. Jabir berkata, "Dalam liang lahatnya, aku melihat ayahku seperti sedang tidur. Kain kafan yang membungkus jenazahnya dan dan mantel pendek tanpa lengan yang membalut kakinya sama sekali tidak berubah, padahal sudah terkubur selama 46 tahun. Kemudian ada sekop seorang penggali yang mengenai kaki salah seorang pahlawan perang Uhud, dan mengucurlah darah dari kakinya." Abu Sa'id Al-Khudri menegaskan cerita di atas bahwa setelah peristiwa itu, orang yang menyangkal karamah sahabat akhirnya mau menerima kebenaran. Para penggali makam mereka mencium harum minyak wangi, setiap kali mereka mencangkul. (Riwayat Al-Baihaqi dari Al Wagidi)

Dalam kitab Kasyfal-Ghummah, Imam Sya'rani juga mengungkapkan karamah Abdullah, ayah Jabir, disertai beberapa tambahan, meskipun sebagian besar sama dengan cerita-cerita sebelumnya. Jabir r.a. bercerita, "Banjir telah menggerus pusara ayahku, juga satu pusara lain yang ada di sampingnya, maka kami mengeluarkan jenazah keduanya. Ternyata keadaaan kedua jenazah masih utuh seperti ketika di semayamkan waktu perang Uhud. Aku melihat posisi tangan ayahku berada di atas lukanya, lalu aku menggeser posisi tangannya tetapi darahnya mengucur, sehingga kukembalikan ke posisi semula, padahal waktu antara perang Uhud dengan terjadinya banjir yang menggerus makam ayahku itu 40 tahun. Jenazah ayahku tidak berubah sedikit pun, hanya ada beberapa bulu jenggotnya yang jatuh ke tanah."

Imam Sya'rani juga meriwayatkan bahwa Jabir mengeluarkan jenazah ayahnya setelah dikubur selama 6 bulan, karena ia dikuburkan bersama pahlawan perang Uhud lain dalam satu liang lahat. Jabir berkata, "Hatiku baru tenang setelah aku mengeluarkan jenazah ayahku dan memakamkannya kembali dalam liang lahat tersendiri." Tak satu pun sahabat yang menyangkal ucapan Jabir.

Diceritakan pula bahwa ketika Mu`awiyyah r.a. ingin membuat saluran dari mata air di bukit Uhud, para pekerja memberitahukan bahwa saluran itu hanya bisa dibuat dengan melewati makam para pahlawan perang Uhud. Maka Mu'awiyyah menyuruh mereka menggali makam makam itu. Jabir r.a. berkata, `Aku sungguh-sungguh melihat jenazah para pahlawan perang Uhud yang dipanggul di atas pundak para pekerja seperti orang yang sedang tidur. Kemudian ada sekop yang mengenai bagian tubuh Hamzah r.a., lalu mengucurlah darah darinya."

11. 'Abdullah bin Amr r.a

Thalhah bin `Ubaidillah r.a. bercerita, "Aku mencari sesuatu di dalarn hutan sampai malam menjelang. Lalu aku singgah di pusara Abdullah bin Amr bin Haram. Aku mendengar bacaan Al-Qur'an yang sangat merdu dari dalam pusaranya dan belum pernah kudengar suara semerdu itu. Kemudian aku menemui Rasulullah Saw dan menceritakan kejadian itu. Beliau berkata, "Itu suara Abdullah. Tahukah kamu bahwa Allah mengambil ruh para syahid, meletakkannya dalam lampu gantung dari zabarjad dan yaqut (sejenis batu mulia), kemudian menggantungnya ditengah-tengah surga. Apabila malam menjelang, Allah melepas ruh-ruh mereka, dan ketika fajar mcnyingsing, ruh-ruh mereka dikembalikan ke tempat semula." (Riwayat Ibnu Mandah)

Ibnu 'Abbas r.a. menceritakan bahwa salah seorang sahabat Nabi Saw membuat kemah di atas sebuah makam karena ia tidak tahu bahwa itu adalah makam. Dari dalam makam itu, terdengar suara orang membaca surah Al-Mulk sampai selesai. Maka ia kemudian menemui Nabi Saw. dan melaporkan kejadian tersebut. Beliau bersabda, "Surah Al Mulk itu berguna untuk menghalangi dan menyelamatkan manusia dari siksa kubur." (Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi yang menganggapnya hasan, Al-Hakim yang menganggapnya sahih, dan Al-Baihaqi)

12. 'Abu 'Abbas bin Jabbar r.a.

Setelah Abu 'Abbas bin Jabbar shalat bersama Rasulullah Saw, ia hendak pulang ke rumahnya di perkampungan Bani Haritsah. Malam itu gelap gulita, ia berjalan dengan cahaya yang keluar dari tongkatnya sampai ia memasuki rumahnya. (Diriwayatkan oleh Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Abu Na'im)

13. 'Abu Bakar r.a.

Kisah 1

'Abdurrahman bin Abu Bakar r.a. menceritakan bahwa ayahnya datang bersama tiga orang tamu hendak pergi makan malam dengan Nabi Saw. Kemudian mereka datang setelah lewat malam. Istri Abu Bakar bertanya, "Apa yang bisa kau suguhkan untuk tamumu?" Abu Bakar balik bertanya, "Apa yang kau miliki untuk menjamu makan malam mereka?" Sang istri menjawab, 'Aku telah bersiap-siap menunggu engkau datang." Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan bisa menjamu mereka selamanya." Abu Bakar mempersilakan para tamunya makan. Salah seorang tamunya berujar, "Demi Allah, setiap kami mengambil sesuap makanan, makanan itu menjadi bertambah banyak. Kami merasa kenyang, tetapi makanan itu malah menjadi lebih banyak dari sebelumnya."

Abu Bakar melihat makanan itu tetap seperti semula, bahkan jadi lebih banyak, lalu dia bertanya kepada istrinya, "Hai ukhti Bani Firas, apa yang terjadi?" Sang istri menjawab, "Mataku tidak salah melihat, makanan ini menjadi tiga kali lebih banyak dari sebelumnya." Abu Bakar menyantap makanan itu, lalu berkata, "Ini pasti ulah setan." Akhirnya Abu Bakar membawa makanan itu kepada Rasulullah Saw dan meletakkannya di hadapan beliau. Pada waktu itu, sedang ada pertemuan antara katun muslimin dan satu kaum. Mereka dibagi menjadi 12 kelompok, hanya Allah Yang Maha Tahu berapa jumlah keseluruhan hadirin. Beliau menyuruh mereka menikmati makanan itu, dan mereka semua menikmati makanan yang dibawa Abu Bakar. (HR Bukhari dan Muslim)

Kisah 2

'Aisyah r.a. bercerita, 'Ayahku (Abu Bakar Shiddiq) memberiku 20 wasaq kurma (1 wasaq = 60 gantang) dari hasil kebunnya di hutan. Menjelang wafat, beliau berwasiat, `Demi Allah, wahai putriku, tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai ketika aku kaya selain engkau, dan lebih aku muliakan ketika miskin selain engkau. Aku hanya bisa mewariskan 20 wasaq kurma, dan jika lebih, itu menjadi milikmu. Namun, pada hari ini, itu adalah harta warisan untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu, maka bagilah sesuai aturan Al-Qur'an.' Lalu aku berkata, `Ayah, demi Allah, beberapapun jumlah harta itu, aku akan memberikannya untuk Asma', dan untuk siapa lagi ya?' Abu Bakar menjawab, `Untuk anak perempuan yang akan lahir."' (Hadis sahih dari `Urwah bin Zubair)

Menurut Al Taj al-Subki, kisah di atas menjelaskan bahwa Abu Bakar r.a. memiliki dua karamah. Pertama, mengetahui hari kematiannya ketika sakit, seperti diungkapkan dalam perkataannya, "Pada hari ini, itu adalah harta warisan." Kedua, mengetahui bahwa anaknya yang akan lahir adalah perempuan. Abu Bakar mengungkapkan rahasia tersebut untuk meminta kebaikan hari `Aisyah r.a. agar memberikan apa yang telah diwariskan kepadanya kepada saudara-saudaranya, memberitahukan kepadanya tentang ketentuan-ketentuan ukuran yang tepat, memberitahukan bahwa harta tersebut adalah harta warisan dan bahwa ia memiliki dua saudara perempuan dan dua saudara laki-laki. Indikasi yang menunjukkan bahwa Abu Bakar meminta kebaikan hati 'Aisyah adalah ucapannya yang menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang ia cintai ketika ia kaya selain `Aisyah (putrinya). Adapun ucapannya yang menyatakan bahwa warisan itu untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu menunjukkan bahwa mereka bukan orang asing atau kerabat jauh.

Ketika menafsirkan surah Al-Kahfi, Fakhrurrazi sedikit mcngungkapkan karamah para sahabat, di antaranya karamah Abu Bakar r.a. Ketika jenazah Abu Abu Bakar dibawa menuju pintu makam Nabi Saw., jenazahnya mengucapkan "Assalamu alaika ya Rasulullah, Ini aku Abu Bakar telah sampai di pintumu." Mendadak pintu makam Nabi terbuka dan terdengar suara tanpa rupa dari makam, "Masuklah wahai kekasihku."

14. 'Abu Darda' r.a.

Qais menceritakan bahwa ketika Abu Darda' dan Salman sedang makan dalam piring besar tiba-tiba makanan di atas piring itu bertasbih (kejadian ini disebutkan dalam kitab Hujjatullah 'ala al Alamin. Dalam kitab Thabagat al-Munawi juga disebutkan bahwa di antara karamah Abu al-Darda' adalah ketika ia sedang makan dalam mangkok ceper besar bersama Salman, makanan itu bertasbih. (Riwayat Al-Baihagi dan Abu Na'im)

Pada suatu hari, Abu Darda' menyalakan api di bawah tungku, di sampingnya ada Salman, terdengarlah suara tasbih dari dalam tungku itu, seperti suara anak kecil. Kemudian tungku itu dibalik dan dikembalikan ke posisi semula, tetapi tidak sedikit pun makanan yang tumpah. Salman merasa heran, lalu berkata, "Lihatlah Abu Darda'! Tidak ada kejadian yang menyamainya." Abu Darda' menjawab, "Seandainya engkau diam, maka engkau akan melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang agung dan menakjubkan, yakni bertasbihnya mangkuk besar itu." (Riwayat Al-Qusyairi)

15. 'Abu Hurairah r a.

Al-Qadhi Abu Tayyib bercerita, "Ketika kami sedang berdiskusi, datanglah seorang pemuda Khurasan bertanya tentang ternak yang tidak diperah sehingga ambing susunya penuh, dan meminta dalil tentangnya. Ia diberi dalil hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang berasal dari Abu Hurairah. Dia yang pengikut Hanafi berkata, `Hadis Abu Hurairah tidak bisa diterima.' Belum sempat dia menyelesaikan pembicaraannya, tibatiba ada seekor ular jatuh menimpanya sehingga orang-orang lari terbirit-birit. Ular tersebut hanya mengejar pemuda itu, tidak yang lainnya. Lalu ia berkata, 'Celaka, celaka.' Ular tersebut kemudian hilang tanpa jejak." (Dituturkan oleh Al-Munawi dalam kitabAl-Tabagatal-Qubra pada pembahasan tentang biografi Ibnu Najjar dan perjalanan Ibnu Shalah)

16. 'Abu Musa Al-Asy`ari r.a.

Ibnu `Abbas r.a. menceritakan bahwa Nabi Saw mengangkat Abu Musa sebagai pemimpin pasukan laut. Ketika kapal mereka sedang berlayar pada suatu malam, tiba-tiba ada suara memanggil dari atas mereka, "Bukankah aku sudah memberitahu kalian bahwa Allah telah menentukan qadla atas diri-Nya, bahwa barangsiapa dahaga karena Allah pada hari yang panas, maka Allah benar-benar akan memberinya minum pada hari dahaga." (Diriwayatkan oleh Al-Hakim)

17. 'Abu Umamah Al-Bahili r.a.

Abu Umamah bercerita, "Rasulullah Saw mengutusku untuk menyeru kaumku masuk Islam. Aku menemui mereka dengan perut lapar, sementara mereka sedang makan darah, lalu mereka berseru kepadaku, `Kemarilah!' Aku menjawab, `Aku datang untuk melarang kalian memakannya.' Mereka mentertawakan, mendustakan, dan mengusirku, sementara aku merasa lapar, haus, dan sangat letih. Kemudian aku tertidur. Aku bermimpi didatangi sescorang yang memberiku sebuah wadah susu. Aku mengambilnya, meminumnya, merasa sangat kenyang dan segar kembali, hingga perutku buncit. Sebagian kaumku berkata kepada sebagian yang lain, `Seorang pemimpin mendatangi kalian, tetapi kalian tolak. Temuilah ia, bcrilah makan dan minum yang ia sukai!' Kemudian mereka datang membawakan makanan dan minuman. Aku menjawab, Aku tidak membutuhkannya.' Mereka berkata, `Kami melihatmu sangat membutuhkannya.' Jawabku, Allah telah memberiku makan dan minum.' Lalu kuperlihatkan perutku, dan akhirnya mereka masuk Islam." (Riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu 'Asakir dari Abu Ghalib)

Dalam riwayat lain dari Ibnu 'Asakir disebutkan bahwa Abu Umamah berkata, "Aku mengajak kaumku untuk masuk Islam, tetapi mereka menolak. Aku lalu berkata, `Berilah aku minum, karena aku sangat haus.' Mereka menjawab, `Tidak akan kami beri, kami akan membiarkanmu mati kchausan.' Hari itu terasa sangat panas, kututup kepalaku dengan mantel, lalu tertidur dalam teriknya matahari. Kemudian aku bermimpi didatangi seseorang dengan membawa gelas kaca yang indah yang belum pernah terlihat oleh seorang pun. Di dalamnya ada minuman yang teramat lezat yang belum pernah dirasakan oleh scorang pun, aku meminumnya. Ketika minumanku habis, aku bangun. Demi Allah, aku tidak merasa haus dan lapar lagi, setelah meminumnya."

18. 'Abullah bin Jahsy r.a

Sehari sebelum perang Uhud, 'Abdullah bin Jahsy berdoa, "Ya Allah, sungguh aku bersumpah kepada-Mu. Jika besok aku berperang melawan musuh, lalu mereka membunuhku, membelah perutku, dan memotong hidung serta telingaku. Kemudian Engkau bertanya mengapa aku melakukan itu, maka aku akan menjawab, `Karena-Mu.' "

Ketika perang Uhud berkobar, Abdullah bin Jahsy gugur dan diperlakukan oleh musuh seperti dalam doanya. Laki-laki yang mendengar doanya berkata, "Aku sungguh berharap semoga Allah mengabulkan akhir sumpahnya seperti Dia mengabulkan awal sumpahnya." (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi, dari Sa'id bin Musayyab)

19. 'Anas bin Malik r.a., Pelayan Rasulullah Saw.

Anas meiniliki sebidang tanah, penjaganya mengadu bahwa tanahnya kekeringan. Kemudian Anas mengerjakan shalat, lalu bertanya, "Apakah kamu melihat sesuatu?" Penjaga tanahnya menjawab, "Tidak." Anas shalat lagi, lalu bertanya, "Apakah kamu melihat sesuatu?" Penjaga itu menjawab, "Aku melihat sayap-sayap beterbangan dari awan."

Anas shalat lagi, lalu berdoa hingga langit menurunkan hujan dan bumi segar kembali. Anas berkata, "Lihatlah, di mana hujan itu turun!" Penjaga itu berkata, "Hanya di atas tanahmu." (Diceritakan oleh Syaikh 'Ulwan al-Hamwi dalam kitab Nasamat al-Ashar dan Al-Bazili dalam kitab Ghayat al Maram yang memuat sejarah para periwayat hadis Shahih Bukhari)

20. 'Anas bin al-Nadhar r.a.

Anas r.a. menceritakan bahwa pada perang Uhud pamannya (Anas bin al-Nadhar) berkata, "Demi Zat yang menguasai jiwaku, aku mencium wangi surga di bawah bukit Uhud, sungguh itu benar-benar wangi surga." Anas bin Nadhar r.a. kemudian mati syahid dalam perang itu. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

21. 'Asid bin Hadhir r.a.

Asid adalah orang yang paling merdu bacaan Al-Qur'annya. Ia bercerita, 'Pada suatu malam aku membaca surah Al-Baqarah, sementara kudaku dalam keadaan terikat, di sampingku terbaring anak laki-lakiku yang masih kecil. Tiba-tiba kudaku berputar-putar, aku berdiri karena mencemaskan anakku. Aku melanjutkan membaca Al-Qur'an, dan kuda itu berputar-putar lagi. Aku kembali bangkit karena mencemaskan anakku. Aku kembali membaca surah Al-Baqarah, kudaku berputar-putar lagi. Maka aku mendongakkan kepalaku, terlihat ada sesuatu seperti bayangan mirip lampu turun dari langit. Kejadian tersebut membuatku takut, lalu aku terdiam. Esok paginya, aku segera menemui Rasulullah dan menceritakan kejadian semalam. Beliau berkata, `Itu malaikat, mereka mendekat karena ingin mendengar suaramu. Seandainya kamu membaca sampai pagi, tentu orang-orang juga akan melihat mereka."' (Diriwayatkan oleh Ibnu Atsir dalam kitab Usud al-Ghabah)

22. Dzu'aib bin Kilab r.a.

Ketika Aswad al-Ansi yang mengaku sebagai Nabi menguasai Shan`a (ibukota Yaman), Aswad menangkap Dzu'aib bin Kilab lalu melemparkannya ke dalam api karena Dzu'aib mengakui kenabian Muhammad Saw, tetapi api itu tidak membakar Dzu'aib. Nabi menceritakan kejadian itu kepada sahabat-sahabat beliau. Lalu `Umar berkata, "Segala puji hanya bagi Allah yang telah menjadikan salah seorang umat kita seperti Ibrahim, Khalilullah," (Diceritakan oleh Ibnu Wahab dari Ibnu Lahi'ah). Dalam kitab Al-Shahabat, Abdan mengemukakan bahwa Dzu'aib adalah anak laki-laki Kilab bin Rabi'ah al-Khaulani, penduduk Yaman pertama yang masuk Islam.

Dalam versi lain diceritakan bahwa ada seorang laki-laki dari Khaulan masuk Islam, tetapi kaumnya menghendakinya kafir lagi, maka mereka memasukkannya ke dalam api, tetapi ia tidak terbakar, kecuali anggota badan yang tidak terkena wudhu. Lelaki itu kemudian menemui Abu Bakar dan berkata, Mintalah ampun untukku." Abu Bakar menjawab, "Engkau lebih patut karena engkau pernah dilemparkan ke dalam api tetapi tidak terbakar." Kemudian ia mohon ampun kepada Allah. Lalu ia pergi ke Syam. Orang-orang menyamakannya dengan Nabi Ibrahim a.s, (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Abu Basyir Ja'far bin Abi Wahsyiyyah). Kami mengungkapkan kisah Dzu'aib di sini karena ia masuk Islam ketika Nabi Saw masih hidup meskipun tidak pernah bertemu dengan Nabi, seperti Raja Najasyi.

23. 'Fari'ah al-Anshariyah

Dalam kitab Al-'Ulum al-Fakhirah fi al-Nazhri fi Umur al-Akhirab, Sayyid `Abdurrahman bin Muhammad al Tsa`labi al-Ja`fari al-Maghribi, yang dimakamkan di Aijazair, mengemukakan riwayat Anas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw berkata kepada Fari'ah, "Sesungguhnya anak laki-lakimu, Ibrahim, telah mati." Fari'ah lalu berkata, "Sungguhkah,ya Rasululullah?" Rasul menjawab, "Ya." Fari'ah lalu berdoa, "Segala puji bagi Allah. Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku berhijrah kepadaMu dan kepada Nabi-Mu dengan harapan agar Engkau menolongku dalam setiap kesulitan. Oleh karena itu, jangan Engkau timpakan musibah ini atasku." Rasulullah membuka penutup wajah anak Fari'ah, kemudian anak itu hidup kembali dan makan bersama kami.

Hikayat ini juga dituturkan oleh Ibnu Qattan dan `Iyadh dari Anas r.a. dengan redaksi, `Ada seorang pemuda dari golongan Anshar meninggal dunia. Ia mempunyai seorang ibu yang lemah dan buta. Kami mengafani jenazahnya dan menghibur hati ibunya agar sabar. Kemudian ibunya bertanya, `Benarkah putraku telah mati?' Kami menjawab, `Ya.' Ibunya lalu berdoa, `Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku benar-benar berhijrah kepada-Mu dan kepada Nabi-Mu.' Kisah selanjutnya sama dengan hadis di atas. Riwayat lain dan Ibnu Qattan menceritakan bahwa ketika itu, Allah Swt. menghidupkan anaknya, lalu anak itu makan di hadapan Rasululahh Saw.

Kisah tersebut juga saya kemukakan dalam bab IV kitab Hujjatullah 'ala al-Alamin. Anas r.a. berkata, "Ketika kami sedang berada di beranda masjid di hadapan Rasulullah Saw, datanglah seorang perempuan tua dan buta yang ikut hijrah membawa putranya yang telah baligh. Tak lama kemudian, putranya terkena penyakit yang scdang mewabah di Madinah. Anak itu sakit beberapa hari, kemudian meninggal dunia. Nabi Saw. menutupkan mata anak itu dan memerintahkan kami untuk mempersiapkan pemakamannya. Ketika kami akan memandikannya, Rasulullah Saw berkata, Anas, panggillah ibunya dan beritahukan kabar ini kepadanya.' Aku memberitahu ibunya, ia datang lalu duduk di depan kedua kaki anaknya. Ia memegang kedua kaki anaknya, dan bertanya, 'Benarkah anakku mati?' Kami menjawab, 'Ya.' Ibu itu berdoa, 'Ya Allah, Engkau tahu aku benar-benar telah menyerahkan diri kepada-Mu dengan sukarela, meninggalkan berhala-berhala dengan sungguh-sungguh, dan berhijrah kepada-Mu karena rasa cinta.Ya Allah, janganlah Engkau masukkan aku ke dalam golongan penyembah berhala, dan janganlah Engkau timpakan musibah yang tidak mampu aku pikul.' Demi Allah, belum sempat ibu itu menyelesaikan doanya, kedua kaki anaknya bergerak-gerak dan menyibakkan pakaian yang menutupi wajahnya. Kemudian anak itu makan bersama kami dan Rasulullah Saw. Anak itu hidup kembali sampai Nabi Saw dan ibunya wafat." (HR Ibnu 'Adiy, Ibnu Abi Dunya, Al-Baihagi, dan Abu Na'im)
 
24. 'Ghalib bin `Abdullah al-Laitsi r.a.

Jundub bin Makits al-Jahni bercerita, "Rasulullah Saw mengirim Ghalib bin Abdullah al-Laitsi beserta pasukannya termasuk aku untuk nenyerang Bani al-Muluh di Al-Kadiyah Kami menyerang mereka dan berhasil memperoleh rampasan perang berupa binatang ternak. Tiba-tiba muncullah penolong Bani al-Muluh tanpa kami perkirakan sebeumnya. Kami pun keluar dengan membawa ternak-ternak itu. Kami nenemui Bani al-Muluh hingga mereka dapat melihat kehadiran kami karena kami dan mereka berada di lembah di antara dua gunung. Kami berada di salah satu sisi lembah. Tiba-tiba Allah telah memenuhi kedua isi lembah itu dengan air. Demi Allah, padahal pada hari itu tak ada mendung dan tidak turun hujan. Air itu tiba-tiba datang sehingga tak ada seorang pun yang bisa melaluinya. Mereka hanya bisa diam menatap kami karena terhalang air sehingga tidak dapat mengejar kami." Pada hakikatnya, kejadian ini adalah tanda-tanda kebenaran agama Islam bukan semata-mata karamah Ghalib. (Riwayat Ibnu Sa'ad)

25. 'Hajar bin 'Adiy r.a.

Hajar bin 'Adiy r.a.dan sahabat-sahabatnya dimakamkan di desa Adzra', wilayah Syam (Suriah). Mereka dibunuh pada masa kekhalifahan Mu'awiyyah r.a. Rasulullah pemah meramalkan nasib mereka dalam sabdanya, 'Di Adzra' akan terbunuh orang-orang yang dicintai oleh Allah dan para panghuni langit."

Hajar adalah orang yang selalu menjaga wudhu dan selalu dalam keadaan suci. Sewaktu dipenjara, ia 'mimpi basah' (ihtilam), maka ia meminta air kepada sipir untuk mandi. Sipir menjawab, "Aku hanya punya air untuk minummu." Hajar berkata, "Berikan padaku! Akan aku gunakan untuk bersuci." Sipir itu berkata, "Tak akan kuberikan, kalau kamu mati kehausan, atasanku akan membunuhku."

Selanjutnya Hajar berdoa kepada Allah agar menurunkan hujan. Akhirnya hujan turun, sehingga Hajar dapat bersuci. Para penghuni penjara merajuk kepadanya, "Mintalah kepada Allah agar melepaskan kami dan engkau!" Hajar menegaskan, "Aku tidak suka melakukannya karena aku berada di sini karena kehendak dan takdir-Nya. Aku memohon hujan karena berkaitan dengan ibadah." Syaikh al-Hifni mengatakan, "Demikianlah perilaku orang-orang yang selalu dekat dengan Allah." (Dikemukakan oleh Syaikh al-Hifni dalam catatan pinggir atas kitab Al Jami`al-Shagir)

26. 'Hamzah al-Aslami r.a

Hamzah al-Aslami berccrita, "Kami melakukan perjalanan jauh bersama Nabi Saw. Pada suatu malam, kami terpisah karena begitu gelapnya. Tiba-tiba jari-jari tanganku mengeluarkan cahaya sehingga para sahabat Nabi Saw. bisa berkumpul kembali mengikuti cahaya itu, dan tak satu pun yang tersesat. Jari-jariku benar-benar telah mengeluarkan cahaya." (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Al-Tarikh, Al-Baihaqi dan Abu Na'im)

27. 'Hamzah bin 'Abdul Muthalib r.a.

Kisah 1

Ibnu Abbas r.a. menceritakan bahwa Hamzah wafat dalam keadaan junub (belum suci dari hadas), lalu Rasulullah Saw berkata, "Malaikat telah memandikannya." (HR Al-Hakim). Hasan menceritakan bahwa ia mendengar Rasulullah Saw berkata, "Aku benar-benar melihat malaikat sedang memandikan Hamzah." (HR Ibnu Sa'ad)

Kisah 2

Fatimah al-Khaza'iyyah bercerita, "Aku menziarahi makam Hamzah, lalu aku mengucapkan `Assalamu 'alaika, wahai paman Rasulullah.' Aku mendengar jawaban `Wa 'alaikumussalam warahmatullah. " (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari AI Waqidi)

Diceritakan juga bahwa Syaikh Mahmud al-Kurdi al-Syaikhani singgah di Madinah untuk menziarahi makam Hamzah r.a. Sewaktu ia mcngucapkan salam, terdengar jawaban salam dari makam Hamzah dan perintah untuk menamai anaknya dengan nama Hamzah. Kemudian ia memiliki anak, maka ia menamainya dengan Hamzah. Ia juga menceritakan bahwa sewaktu ia mengucapkan salam untuk Nabi Saw di hadapan pusara beliau, Nabi Saw menjawab salamnya. Ia sungguh-sungguh mendengar jawaban salam itunya, tak diragukan sedikit pun. (Dikutip dari kitabAl-Bagiyah al-Shalihat karya Syaikh Mahmud al-Kurdi al-Syaihani)

Syaikh Abdul Ghani al-Nablusi menceritakan dalam Syarhnya atas kitab Shalat al-Ghauts al Jailani, bahwa ia pernah bertemu dengan Syaikh Mahmud al-Kurdi di Madinah pada tahun 1205 H. Ia mengundang Syaikh Mahmud ke rumah, menjamu, dan memuliakannya. Syaikh Mahmud menceritakan kepada Syaikh 'Abdul Ghani bahwa ia sering bertemu dengan Nabi Saw dalam keadaan terjaga dan Abdul Ghani mempercayainya setelah melihat tanda-tanda kejujurannya. Pembahasan tentang bertemu Nabi Saw dalam keadaan terjaga atau tidur sudah cukup saya (Yusuf bin Ismail An-Nabhani) kemukakan dalam kitab Sa`adatal-Darain fs al-Shalah `ala Sayyid al-Kaunaini.

Kisah 3

Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Dimyathi yang terkenal dengan sebutan Ibnu 'Abdul Ghani al-Bina', seorang ulama yang memadukan antara syariah dan tasawuf (wafat di Madinah pada bulan Muharram 116 M.), bercerita, 'Aku menunaikan ibadah haji bersama ibuku pada masa paceklik. Kami menunggang dua ekor unta yang dibeli di Mesir. Sesudah menunaikan haji, kami pergi ke Madinah, dan kedua unta itu mati di sana, padahal kami sudah tidak punya uang untuk membeli atau menyewa unta dari orang lain. Hal itu membuatku risau, karena itu aku pergi menemui Syaikh Shafiyyuddin al-Qusyasyi. Aku menceritakan keadaanku dan berkata, Aku beri'tikaf di Madinah, tetapi kemudian aku mengalami kesulitan untuk melanjutkan perjalanan, sampai Allah memberi kelapangan.' Syaikh Shafiyuddin diam sejenak, lalu berkata, `Pergilah sekarang juga ke makam Sayyidina Hamzah bin `Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad Saw. Bacalah ayat-ayat Al-Qur'an yang paling mudah dan ceritakan keadaanmu dari awal hingga akhir, seperti yang baru kau ceritakan kepadaku, lakukan itu sambil berdiri di sisi makamnya yang mulia.'

Aku ikuti anjuran Syaikh Shafiyyuddin. Aku segera pergi pada waktu dhuha ke makam Sayyidina Hamzah. Aku membaca ayat-ayat AlQur'an, lalu menceritakan keadaanku seperti yang diperintahkan Syaikh Shafiyuddin. Aku segera kembali sebelum zuhur, lalu memasuki tempat suci Babu Rahmah. Aku berwudhu, lalu masuk ke dalam masjid. Tiba-tiba ibuku yang berada di dalam masjid berkata kepadaku, Ada seorang laki-laki menanyakanmu, temuilah dia!' Aku bertanya, 'Di mana dia?' Ibu menjawab, `Lihatlah di ujung masjid.'

Aku menemui laki-laki yang mencariku. Sewaktu bertemu, ternyata ia seorang laki-laki berjenggot putih yang tampak disegani. Laki-laki itu menyapa, `Selamat datang Syaikh Ahmad.' Aku sambut uluran tangannya, lalu ia berkata lagi, 'Pergilah ke Mesir!' Jawabku, 'Tuan, dengan siapa aku pergi?' Ia menjawab, 'Pergilah bersamaku, aku akan menyewakan unta untukmu kepada seseorang.'

Aku pergi bersamanya hingga kami sampai di tempat singgah unta-unta jamaah haji asal Mesir di Madinah. Laki-laki berjenggot itu memasuki tenda salah seorang penduduk Mesir dan aku menyusul di belakangnya. Ia menghaturkan salam kepada penghuni tenda, pemilik tenda berdiri dan mencium kedua tangannya dengan sikap sangat hormat. Laki-laki berjenggot itu berkata kepada pemilik tenda, Aku ingin anda membawa Syaikh Ahmad ini dan ibunya ke Mesir.'

Pada tahun itu, unta sangat berharga karena banyak yang mati, dan menyewa unta cukup sulit. Pemilik tenda mengikuti kemauan laki-laki berjenggot itu. Lelaki berjenggot itu bertanya, Berapa Anda akan menarik ongkosnya?' Pemilik tenda itu menjawab, 'Terserah Tuan.' Lelaki berjenggot berkata, 'Sekian, sekian.' Mereka berijab kabul dan lelaki berjenggot membayar uang sewa. Laki-laki berjenggot itu lalu berkata kepadaku, `Bangkitlah, pergilah bersama ibumu, dan bawa serta barang-barangmu.' Aku berdiri, sementara ia duduk di samping pemilik unta, kemudian mendatangi keduanya dan mengadakan perjanjian untuk membayar sisa uang sewa setelah sampai di Mesir. Ia menyetujui perjanjian itu, membaca surah Al-Fatihah, dan memujiku.

Aku berdiri di samping lelaki berjenggot putih itu lalu pergi bersamanya. Ketika sampai di masjid, ia berkata, `Masuklah dulu!' Aku masuk dan menunggunya ketika waktu shalat tiba, tetapi aku tidak melihatnya. Berulang kali aku mencarinya, tetapi tidak menemukannya.

Lantas aku menemui orang yang menyewakan unta untukku dan bertanya tentang lelaki berjenggot putih itu dan tempat tinggalnya. Ia menjawab, Aku tidak mengenalnya dan belum pernah melihatnya sebelum ini. Tetapi ketika ia masuk ke tempatku, aku merasa segan dan hormat kepadanya, sesuatu yang belum pernah kurasakan seumur hidup.'

Aku kembali mencari lelaki berjenggot putih itu, tetapi tidak mcnemukannya. Maka aku pergi menemui Syaikh Shafiyyuddin Ahmad al-Qisyasyi r.a. dan menceritakan hal tersebut. Syaikh Shafiyuddin berkata, 'Itu ruh Sayyid Hamzah bin Abdul Muthallib r.a. yang mewujud padamu.'

Lalu aku kcmbali rnenemui orang yang menyewakan unta kepadaku. Aku pulang ke Mesir bersamanya sebagai teman haji. Aku melihatnya sebagai seorang yang penyayang, mulia, dan berakhlak baik, belum pernah aku bertemu dengan orang seperti dirinya. Semua itu karena barakah dari Sayyidina Hamzah r.a. hingga kami bisa mengambil manfaat darinya. Segala puji hanya milik Allah atas semua yang terjadi." (Cerita ini dikutip oleh Sayyid Ja'far bin Hasan al-Barzanji al-Madani dalam kitabnya Jaliyat al-Kurab bi Ashhab al-Ajam wa al-Arabi Sallallahu `alaihi Wasallama, sebuah kitab tentang memohon pertolongan melalui para sahabat yang mengikuti perang Badar dan Uhud, dari Al-Hamwi dalam kitabnya Nataij al-Irtihal wa al-Safar fi Akhbari ithli al-Qarni al-Hadi Asyara)

Kisah 4

Karamah Sayyidina Hamzah yang lain adalah kisah yang diceritakan oleh Al-Marhum Abdul Lathif al Tamtami al-Malaki al-Madani berikut ini, "Syaikh Sa'id bin Qutb al-Rabbani al-Mala Ibrahim al-Kurdi pergi untuk menziarahi pemimpin para syahid, Hamzah paman Rasulullah Saw, sebelum melakukan ziarah yang telah kami sepakati ke makam para syahid lain di Madinah pada tanggal 12 Rajab. Ia mempercepat perjalanannya ke makam Sayyidina Hamzah agar bisa ikut berziarah bersama kami. Pada tanggal 12 Rajab, kami pergi ziarah dengan Syaikh Sa'id bin Qutb yang masih setengah mengantuk. Lalu kami istirahat di sebuah bangku bersandaran. Ketika gelap telah menyelimuti malam, teman-temanku tidur dan aku berjaga-jaga. Tiba-tiba aku melihat seekor kuda mengelilingi tcmpat yang sedang kami pakai beberapa kali, tetapi aku malas bangun untuk mengusirnya. Dalam hati aku berkata, `Sampai kapan ia berputar-putar?' Aku bangkit, lalu berjalan ke arahnya dan bertanya, 'Siapa kau?' Kuda itu menjawab, `Sedang apa kamu? kamu singgah di wilayah perlindunganku dan menyakitiku karena kamu tidak tidur untuk berjaga jaga, padahal aku selalu menjaga kalian semua?-Aku Hamzah bin Abdul Muthalib.' Kuda itu kemudian menghilang."

28. 'Hanzhalah r.a.

Qatadah menceritakan bahwa pada perang Uhud, Rasulullah Saw. berkata, ` Hanzhalah akan dimandikan oleh malaikat." Maka para sahabat bertanya kepada keluarga Hanzhalah, "Apa yang terjadi dengannya?" Qatadah juga bertanya kepada istri Hanzhalah, lalu ia menjawab, "Ketika terdengar seruan perang Uhud, Hanzhalah segera pergi untuk berjihad padahal sedang berhadas besar." Rasulullah Saw. berkata, "Karena itulah ia akan dimandikan malaikat." (HR Ibnu Ishaq dari Ashim bin `Umar bin Qatadah)

Dalam kisah lain, Urwah bercerita, "Aku benar-benar melihat malaikat sedang memandikan Hanzhalah di antara langit dan bumi dengan air dari awan dalam sebuah tempat besar terbuat dari perak." Abu Asid al-Sa`idi lalu berkata, "Kami pergi melihat Hamzah, kepalanya meneteskan air." (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ibnu Sa'ad dari Hisyam bin Urwah)

29. 'Hasan bin `Ali r.a.

Ada seorang laki-laki buang air besar di atas makam Hasan bin Ali r.a., kemudian ia menjadi gila dan menggonggong seperti anjing, lalu mati. Dari dalam kubur orang tersebut terdengar suara gonggongan. (Diceritakan oleh Al-Munawi dalam kitab Al-Tabaqat)

30. 'Husein bin 'Ali r.a.

Ibnu Syihab al-Zuhri menuturkan bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Husein mendapat siksa di dunia. Ada yang dibunuh, buta, wajahnya menghitam, atau kehilangan kekuasaan dalam waktu singkat. Di antara yang mengalaminya adalah Abdullah bin Khashin. Ketika pihak Yazid bin Muawiyah dan Husein berperang dan mereka menghalangi Husein untuk mendapatkan air, Abdullah memanggil Husein lalu berkata, "Hai Husein! Tidakkah kamu lihat air itu seolah-olah berada di tengah-tengah langit. Demi Allah, kamu tidak akan merasakan setetes air pun, sampai kamu mati kehausan." Kemudian Husein berdoa, "Ya Allah, semoga dia mati kehausan." Lalu Abdullah meminum air itu tanpa henti tetapi dahaganya tidak hilang juga, sampai ia mati kehausan. (Dikemukakan oleh Imam al-Syali Ba'lawi dalam kitab Al Masyru' al-Marwi )

Dalam kisah lain diceritakan bahwa Husein berdoa ketika hendak meminum air yang dibawanya, tiba-tiba seorang laki-laki yang dikenal sebagai seorang penakut memanah Husein. Anak panah itu mengenai langit-langit rnulut Husein schingga ia tidak bisa minum. Lalu Husein r.a. berdoa, "Ya Allah, berikan rasa haus kepadanya." Maka orang yang keji itu berteriak-teriak karena perutnya kepanasan dan punggungnya kedinginan. Kemudian di depannya diletakkan es dan kipas, scmentara di belakangnya diletakkan tungku perapian, dia berteriak, "Beri aku minum!" Lalu ia diberi satu wadah besar berisi arak, air, dan susu, yang cukup untuk lima orang. Ia meminumnya, tetapi ia tetap berteriak kehausan. Ia diberi minum lagi dengan ukuran semula, lalu meminumnya sampai perutnya kembung seperti perut unta. (Dituturkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabAl-Shawa'iq)

Diceritakan pula bahwa ada seorang tua renta yang terlibat dalam pembunuhan Husein mendengar berita bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan itu tidak akan mati kecuali telah mendapat siksa di dunia. Orang tua itu berkata, "Aku ikut menyaksikan pembunuhan itu, tetapi belum pernah ditimpa kejadian tidak mengenakkan." Kemudian ia berdiri di dekat lampu untuk memperbaikinya, tiba-tiba api berkobar menyambarnya, sehingga ia berteriak-teriak, "Api! Api!" Sampai akhirnya dia tewas terbakar. (Diceritakan oleh Al-Syali)

Al-Syali juga menceritakan bahwa ada seseorang yang hanya menghadiri pembunuhan Husein, lalu ia menjadi buta. Ketika ditanya tentang sebab kebutaannya, ia menceritakan bahwa ia melihat Nabi Saw memegang pedang, dan di depan beliau terhampar tikar dari kulit. Ia juga melihat 10 orang pembunuh Husein disembelih di hadapan Nabi. Nabi mencela dan mencemoohnya karena telah ikut mendukung para pembunuh itu. Kemudian Nabi menempelkan celak dari darah Husein ke matanya, lalu ia menjadi buta.

Dalam kisah lain, Asy-Syali menceritakan bahwa ada seseorang yang menggantung kepala Husein dengan tali pelana kudanya. Beberapa hari kemudian, wajahnya tampak lebih hitam daripada aspal. Ada seseorang yang berkata kepadanya, "Anda adalah orang Arab yang paling hitam wajahnya." Dia menjawab, "Pada malam ketika aku memegang kepala Husein itu, lewatlah dua orang yang mencengkeram lenganku. Mereka menggiringku ke arah api yang menyala-nyala dan mendorongku masuk ke dalamnya. Aku hanya bisa menunduk lemah, api itu menghanguskan kulitku sehingga hitam legam seperti yang kau lihat." Akhirnya ia tewas dalam kondisi mengenaskan.

Husein mati syahid pada hari Jumat, bulan Asyura (Muharram), 61 H.
 
31. Ibnu Ummi Maktum r.a.

Ibnu `Umar r.a. menceritakan bahwa Ibnu Ummi Maktum selalu menanti fajar dan tidak pernah melewatkannya, padahal ia seorang yang buta. la merupakan salah seorang muadzin pada masa Rasulullah. Orang-orang berselisih tentang nama aslinya, ada yang mengatakan Abdullah atau Amr seperti yang tercantum dalam kitab Usud al-Ghabah.

32. Khalid bin Walid r.a.

Kisah 1

Suatu hari, Khalid bin Walid singgah di suatu kampung. Orang-orang memperingatkannya, "Waspadalah terhadap racun, jangan minum suguhan orang-orang asing!" Namun Khalid menjawab, "Berikan racun itu kepadaku!" Kemudian ia mengambil minuman beracun itu, lalu meneguknya sambil membaca basmalah, dan tidak terjadi sesuatu pun yang membahayakannya. (Diriwayatkan oleh Abu Ya'la, Al-Baihaqi, dan Abu Na`im dari Abu Safar)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Khalid bin Walid pergi ke suatu kampung. Penduduk kampung itu menyuruh Abdul Masih mcnyambut Khalid dengan membawa minuman yang mengandung racun ganas. Khalid berkata kepada Abdul Masih, "Berikan minuman itu!" Ketika ia istirahat, Khalid mengambil minuman beracun itu lalu berdoa, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhan langit dan bumi. Dengan menyebut nama Allah yang tidak akan mencelakakan hamba-Nya, karena nama-Nya mengandung obat." Kemudian Khalid meneguk minuman beracun itu. Abdul Masih kembali ke kaumnya, lalu berkata, "Hai kaumku, ia telah minum racun ganas itu, tetapi ia tidak apa-apa." Akhirnya kaum itu berdamai dengan orang-orang muslim. (Dikisahkan oleh Al-Kalbi)

Kisah 2

Diceritakan juga bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Khalid dengan membawa geriba berisi arak. Khalid lalu berdoa, "Ya Allah jadikanlah arak ini madu." Lalu arak itu berubah menjadi madu. Dalam versi lain diceritakan bahwa ada seorang laki-laki melewati Khalid dengan membawa geriba berisi arak. Khalid bertanya kepadanya, "Apa ini?" la menjawab, "Cuka." Kemudian Khalid berdoa, "Ya Allah, jadikan isi geribah ini cuka". Lalu orang-orang melihat geribah itu berisi cuka, padahal sebelumnya arak. (Riwayat Ibnu Abi Dunya dari Khaitsamah)

Riwayat lainnya menceritakan, Khalid bin Walid mendapat laporan bahwa ada angggota pasukannya yang minum arak. Maka Khalid menginspeksi pasukannya, dan ia menemukan seseorang membawa geriba berisi arak. Khalid bertanya, "Apa ini?" Laki-laki itu menjawab, "Cuka." Khalid berdoa, "Ya Allah, jadikanlah geriba itu berisi cuka." Laki-laki itu membuka geriba, dan ternyata isinya telah berubah menjadi cuka, ia lalu berujar, "Ini berkat doa Khalid." (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dari Maharib bin Datstsar)

33. Maisarah bin Masruq al-Absi

Kisah 1

Maisarah adalah salah satu di antara sembilan utusan Bani Absi yang datang kepada Rasulullah Saw. Ketika Rasulullah Saw menunaikan haji wada', Maisarah berjumpa dengan beliau, lalu la bertanya, "Wahai Rasulullah, aku sangat ingin menjadi pengikutmu." Kemudian ia masuk Islam dan keislamannya sangat baik. Maisarah berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari neraka karena adanya engkau (Muhammad)." Maisarah diberi jabatan bagus oleh Abu Bakar. (Diriwayatkan oleh Ibnu Atsir dalam Usud al-Ghabah)

Maisarah bin Masruq al-'Absi r.a. termasuk salah satu pemimpin tentara di Palestina dan ia mcninggal di sana serta dimakamkan dekat daerah Baqah termasuk wilayah Nablus. Makamnya terkenal sebagai tempat ziarah.

Kisah 2

Yusuf al-Nabhani bercerita, "Aku menziarahi makam Maisarah bin Masruq al-Absi r.a. kira-kira dua puluh tahun yang lalu. Aku belum mengetahui lokasi makamnya, tetapi ketika aku melewati sebuah jalan di samping makamnya, aku melihat orang-orang berbondong-bondong menziarahinya. Pada waktu itu adalah hari Arafah tahun 1305 H. Kemudian aku bertanya kepada seorang penduduk daerah itu yang ada di sisiku. Penduduk itu memberitahuku bahwa hari Arafah adalah hari yang khusus untuk menziarahi makam Maisarah, karenanya banyak penduduk daerah-daerah sekitar yang datang berziarah saat itu. Sebuah tradisi lama yang berlangsung terus setiap tahun tanpa terputus. Mereka juga melakukan ziarah di hari terakhir bulan Ramadhan.

Pada tahun itu juga, aku pergi ke Beirut untuk tugas pemerintahan negara yang mengharuskanku sampai sekarang menetap di sana. Kurang lebih tiga tahun setelah tinggal di Beirut, yakni 1308 H., aku jatuh sakit yang divonis oleh semua dokter sebagai penyakit ganas lemahnya syaraf pencernaan. Penyakit itu sangat memayahkanku. Ketika aku telah putus asa untuk sembuh, dalam mimpi aku mendengar ada orang menyuruhku menziarahi makam Maisarah. Aku tahu yang dimaksud adalah Maisarah al-Absi, dan dengan menziarahnya aku akan memperoleh obat penyakitku ini. Ketika terbangun, aku berniat kuat untuk menziarahinya. Setelah melewati makamnya tiga tahun lalu, aku sudah melupakan keberadaan Maisarah r.a. sebelum mimpi itu muncul. Oleh karena itu, aku yakin mimpi itu benar.

Aku memantapkan diri uiituk menziarahinya pada hari Arafah 1308 H. Aku memutuskan untuk bermalam di daerah yang dekat dengan makamnya yang bernama Wadi 'Arah, di rumah 'Abdul Karim Affandi bin Muhammad Husain Abdul Hadi. Ia sangat menghormatiku sebagai tamunya dan menjamuku dengan sangat baik.

Malamnya, aku merasa sehat kembali lebih dari sebelumnya, padahal selama berbulan-bulan aku minum berbagai macam obat dan mengikuti saran beberapa dokter terkenal. Pagi harinya, aku berangkat untuk berziarah. Aku sampai ke'makamnya di siang hari ketika banyak orang berziarah ke sana. Di makamnya, aku membaca surah-surah pendek dan kitab Dalail al-Khairat. Kemudian aku pulang dengan penuh rasa syukur dan pujian kepada Allah. Secara perlahan-lahan aku sehat kembali, hingga hilanglah penyakitku itu secara total. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam."

34. Maslamah bin Mukhallid al-Shahabi

Maslamah terkenal sebagai penguasa Mesir dan Afrika. Orang pertama yang memerintahkan membangun menara di Mesir untuk mengumandangkan azan. Ia adalah orang yang dikabulkan doanya berkat doa Rasulullah Saw dan memiliki banyak karamah. Di antaranya adalah ketika ia turun ke sebuah lembah yang berada di antara dua gunung dan di sana tidak terdapat air, lalu ia berdoa kepada Allah Swt., maka turunlah hujan seketika itu juga.

Karamahnya yang lain adalah ketika ia memasuki Afrika, ada orang yang berkata kepadanya, "Di lembah ini terdapat binatang-binatang buas dan ular-ular ganas." Lalu Maslamah berkata, "Keluarlah," akhirnya binatang-binatang buas dan ular-ular ganas itu keluar dengan membawa anak-anaknya. (Riwayat Al-Munawi)

35. Najasyi

Al-Sakhawy meriwayatkan dari Abu Ishaq dari Yazid bin Ruman dari'Urwah bahwa Aisyah r.a. berkata, "Ketika Najasyi meninggal dunia, di atas makamnya muncul cahaya tanpa henti." Saya menceritakan Najasyi pada bab tentang karamah para sahabat Rasulullah Saw., karena ia hidup pada masa Rasulullah Saw dan Rasulullah melakukan shalat gaib untuknya ketika ia meninggal, meskipun ia belum pernah berkumpul dengan Rasulullah sehingga tidak dianggap sebagai sahabat.
 
36. Sa'ad bin Mu'adz r.a.

Sa'ad bin Abi Waqash r.a. menceritakan bahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz wafat setelah perang Khandaq, Rasulullah Saw tergesa-gesa keluar, sampai memutuskan tali sandal seseorang dan tidak membetulkannya, tidak melilitkan kembali selendangnya yang terurai, dan tidak menyapa seorang pun. Orang-orang bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau mengabaikan kami?" Beliau menjawab, "Aku khawatir malaikat mendahului kita untuk memandikan jenazah Sa'ad bin Mu`adz, seperti halnya ia mendahului kita memandikan jenazah Hanzhalah." (Riwayat Abu Na'im)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada perang Khandaq, mata Sa'ad bin Mu'adz terkena tombak yang dilemparkan Hayyan bin Arqah. Tenda untuk Nabi Saw. telah dipasang di dalam masjid karena beliau akan segera kembali dari perang. Sewaktu Nabi Saw. pulang dari Khandaq, beliau melepas baju besinya, kemudian mandi. Ketika beliau sedang mengibaskan debu di kepalanya, Jibril datang lalu berkata, "Engkau telah melepas baju besimu. Demi Allah, jangan melepasnya dulu, temuilah mereka!" Nabi Saw bertanya, "Ke mana?" Jibril menunjuk ke arah perkampungan Band Quraizhah. Rasulullah Saw segera menuju ke sana. Mereka bertempur untuk menegakkan keadilan atas Sa'ad. Rasulullah berkata, "Sungguh aku akan menghukum mereka, mengobarkan peperangan, menawan para wanita dan anak-anak, juga membagi harta kekayaan mereka." Kemudian Sa'ad berdoa, "Ya Allah, Engkau Maha Tahu, tidak satu pun yang begitu ingin aku perangi karena Engkau selain kaum yang mendustakan dan mengusir Rasul-Mu. Ya Allah, aku sungguh yakin bahwa Engkau telah mengobarkan peperangan di antara kami dan mereka. Jika masih ada peperangan dengan kaum Quraisy, beri aku kesempatan untuk memerangi mereka karena Engkau. Jika Engkau mengobarkan peperangan, izinkan aku mengikutinya dan biarkan aku mati di sana." Malam itu, peperangan dengan Bani Quraizhah berkobar, akhirnya Sa'ad bin Muadz wafat karenanya. (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah)

Dikisahkan pula bahwa pada saat perang Ahzab (Khandaq), mata Sa'ad bin Mu`adz terkena tombak sehingga mengucurkan banyak darah. Sa'ad berdoa, "Ya Allah, jangan cabut nyawaku agar mataku tetap terbuka sampai di tempat Bani Quraizhah." Lalu ia menahan pembuluh darah di matanya, tetapi tidak keluar setetes pun darah, sampai kaum muslimin memerangi Bani Quraizhah. Seusai perang, pembuluh darah di mata Sa'ad bin Mu`adz pecah, dan ia menemui ajalnya. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Jabir r.a.)

Rasulullah Saw pernah bersabda tentang Sa'ad bin Mu'adz, "Sa'ad telah menggoncangkan 'Arsy, dan jenazahnya diantar 70.000 malaikat." (HR Al-Baihagi dari Ibnu `Umar r.a.)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Jibril menemui Nabi Saw lalu bertanya, "Siapakah hamba saleh yang wafat sehingga pintu-pintu langit terbuka untuknya dan `Arsy bergetar?" Nabi kemudian keluar, ternyata Sa'ad bin Mu`adz telah wafat. (HR Al-Baihaqi dari Jabir r.a)
Rafi` al-Zargi menceritakan bahwa salah seorang kaumnya memberitahu bahwa Jibril telah mendatangi Nabi Saw di tengah malam dengan mengenakan ikat kepala dari sutra tebal, lalu Jibril bertanya, "Jenazah siapa gerangan yang telah membuka pintu langit dan menggoncangkan Arsy?" Beliau segera berdiri menemui Sa'ad bin Mu'adz dan menemukannya telah gugur. Dalam riwayat lain Hasan Al-Bashri berkata, "Sa'ad bin Mu`adz telah menggoncangkan 'Arsy Zat Yang Maha Pengasih, karena gembira dengan kedatangan ruhnya." (Kedua riwayat ini diceritakan oleh Al-Baihaqi)

Muslimah bin Aslam bin Harisy bercerita, "Rasulullah Saw memasuki rumah Sa'ad, tetapi tak ada seorang pun di dalamnya kecuali Sa'ad yang ditutupi kain. Kemudian aku melihat beliau melangkah dan memberi isyarat kepadaku agar berhenti. Aku berhenti dan mundur ke belakang, beliau duduk sebentar lalu keluar. Aku berkata, `Ya Rasulullah, aku tidak melihat seorang pun di sana, namun aku melihatmu melangkah.' Beliau menjawab, Aku tidak bisa duduk, sampai salah satu malaikat melepaskan salah satu sayapnya."' (HR Ibnu Sa'ad)

Riwayat lain menceritakan hahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz wafat, Rasulullah Saw menggenggam kedua lutut Sa'ad lalu berkata, "Malaikat masuk, tetapi tidak mendapatkan tempat duduk, maka aku lapangkan tempat untuknya." Ketika orang-orang mengusung jenazah Sa'ad bin Mu'adz yang pada masa hidupnya ia adalah orang yang paling besar dan tinggi, salah seorang munafik berkata, "Kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada hari ini." Lalu Nabi Saw bersaada, "Jenazah Sa'ad bin Mu'adz disaksikan 70.000 malaikat yang tidak menginjak bumi sama sekali." (Riwayat Abu Na'im dari Asy'at bin Ishaq bin Sa'ad bin Abi Waqash)

Diceritakan pula bahwa ketika mengusung jenazah Sa'ad, orang-orang mengatakan, "Ya Rasulullah, kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada ini." Beliau menjelaskan, "Kalian merasa ringan, karena malaikat telah turun tangan, padahal sebelumnya mereka belum pernah ikut mengusung jenazah bersama-sama kalian." (Riwayat Ibnu Sa'ad dari Mahmud bin Lubaid)

Muhammad bin Syarahbil bin Hasanah menceritakan bahwa pada hari itu, orang-orang mengambil tanah kuburan Sa'ad dan membawanya pulang. Setelah pulang, mereka melihat tanah tersebut telah berubah menjadi minyak wangi. Rasulullah Saw berkata, "Maha Suci Allah, Maha Suci Allah." Lalu beliau mengusapkan minyak wangi itu ke wajahnya dan berkata lagi, "Segala puji hanya bagi Allah, kalau ada orang yang selamat dari himpitan kubur, Sa'ad lah orangnya. Ia dikenai satu himpitan, kemudian Allah membebaskannya." (HR Ibnu Sa'ad dan Abu Na'im dari jalur Muhammad bin Munkadir)

Anni Sa'id al-Khudri r.a. berkata, "Aku ikut menghadiri pemakaman Sa'ad. Setiap kami menggali sebongkah tanah kuburnya, kami mencium harum minyak wangi." (Riwayat Ibnu Sa'ad)

37. Sa'ad bin Rabi' r.a.

Zaid bin Tsabit r.a. menceritakan bahwa pada perang Uhud, Rasulullah Saw menyuruhnya mencari Sa'ad bin Rabi'. Rasulullah Saw berkata, "Kalau kamu bertemu dengannya, sampaikan salamku untuknya dan tanyakan kabarnya."

Zaid menemukan Sa'ad bin Rabi' sedang sekarat karena terkena 70 luka tusukan tombak, sabetan pedang, dan lemparan anak panah. Kemudian Sa`ad berkata, "Katakan kepada Rasulullah bahwa aku benar-benar telah mencium wangi surga. Katakan juga kepada kaumku Anshar agar mereka jangan khawatir jika telah mengikhlaskan diri kepada Rasulullah Saw. dan sesungguhnya mereka telah berada di ujung perjalanan." Akhirnya Sa'ad bin Rabi' menghembuskan nafas terakhirnya. (HR Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

38. Sa'ad bin `Ubadah r.a.

Sejak dulu penduduk D:unaskus telah sepakat bahwa makam Sa'ad bin 'Ubadah ada di suatu dataran rendah di Damaskus, di sebuah desa berriama Al-Manihah. Syaikh Jalaluddin mcnjelaskan.bahwa Abu Ishaq Ibrahim bin Abdullah Al-Armawi berziarah ke makam Sa'ad bin `Ubadah r.a. berkali-kali, tetapi seringkali la ragu apakah yang diziarahinya itu betul makam Sa`ad atau bukan. Suatu hari ketika Abu Ishaq berada di makam itu, ia terserang kantuk, tiba-tiba bagian atas makam itu terbelah, lalu muncul seorang laki-laki tinggi, seorang badui yang mengenakan cadar, dan di pinggangnya terselip tombak. Laki-laki itu melihat dari ketinggian seraya berkata, 'Aku adalah Sa'ad." Abu Ishaq tcrbangun, lalu berkata, "Ini benar-benar makamnya." Kemudian la membaca Al-Qur'an, berdoa, lalu pergi. Dikemukakan oleh Jalaluddin al-Bashri alDimasyq dalam kitabnya Tubfat al-Anam fi Fadhaili al-Syam)
Sa'ad bin `Utiadah r.a. wafat di Syam pada masa kekhalifahan Abu Bakar tahun 14 H.

39. Sa'id bin Zaid r.a.

'Urwah bin Zubair menceritakan bahwa Said bin Zaid r.a. pernah diadukan oleh Urwa binti Uwais kepada Marwan bin Hakam. Urwa menuduh Sa'id telah mengambil sedikit tanahnya. Sa'id lalu berkata, "Apakah aku akan mengambil tanahnya setelah aku mendengar sabda Rasulullah Saw?" Marwan bin Hakam kemudian bertanya, "Apa yang kau dengar dari Rasulullah Saw.?" Sa`id menjawab, 'Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, Barangsiapa mengambil sejengkal tanah secara zalim, maka yang sejengkal itu akan dikalungkan di lehernya menjadi tujuh lapis bumi."' Marwan berkomentar,'Aku tidak akan memintamu menunjukkan bukti lagi setelah mendengar hadis ini." Sa'id kemudian berdoa, "Ya Allah, kalau Urwa itu berdusta, maka butakanlah matanya dan matikanlah ia di atas tanahnya." Urwa meninggal dunia setelah matanya buta, dan sewaktu ia berjalan di tanahnya, dia terperosok ke dalam lubang, lalu mati. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Urwa binti Uwais buta, lalu menabrak dinding, seraya berkata, 'Aku menderita karena doa Sa'id." Kemudian Urwa binti Uwais melewati sumur di tanah tempat terjadinya sengketa tanah dengan Sa'id bin Zaid, la terperosok dan terkubur dalam sumur itu. (Diriwayatkan oleh Muslim dari Muhammad bin Zaid bin `Abdullah bin Amr)

40. Sa`ad bin Abi Waqash r.a.

Kisah 1

Jabir r.a. menceritakan bahwa penduduk Kufah mengadukan Sa'ad bin Abi Waqash kepada Khalifah `Umar. 'Umar lalu mengutus seseorang untuk bertanya tentang Sa'ad kepada orang-orang Kufah. Utusan itu berkeliling dari masjid ke masjid di Kufah dan semua orang yang ditanyainya memberikan penilaian positif terhadap Sa'ad. Akhirnya ia berhenti di sebuah masjid dan bertemu dengan seorang laki-laki yang mengaku bernama Abu Sa'dah. Laki-laki itu berkata, "Kami mengadukan Sa'ad karena ia tidak membagi rampasan secara sama rata, tidak berjalan bersama pasukannya,dan tidak berlaku adil dalam menghukumi sesuatu." Maka Sa'ad berdoa, "Ya Allah, kalau ia berdusta, maka panjangkanlah umurnya, panjangkan kefakirannya, dan timpakan berbagai fitnah padanya."

Ibnu Amir menceritakan bahwa ia menyaksikan laki-laki yang mengadukan Sa'ad itu berumur panjang, sampai-sampai alisnya menutupi mata karena saking panjangnya, ia betul-betul ditimpa kemiskinan, dan di sebuah jalan ia pernah bertemu dengan budak-budak perempuan kemudian merabanya, karena itu ia terkena fitnah. Sewaktu ditanya, "Mengapa kamu bisa jadi begini?" Jawabnya, "Aku menjadi tua bangka dan terkena fitnah karena doa Sa'ad." (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Al-Baihaqi dari jalur Abdul Mulk bin Amir)

Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Sa'ad tengah berpidato di hadapan penduduk Kufah, ia bertanya, "Bagaimana kepemimpinanku menurut pandangan kalian?" Seorang laki-laki berseru, "Engkau sungguh tidak adil dalam mengemban tanggung jawab, tidak membagi secara rata, dan tidak ikut berperang bersama pasukan." Sa'ad berdoa, "Ya Allah, kalau ia berdusta, maka butakanlah matanya, segerakan kefakirannya, panjangkan umumya, dan timpakan fitnah padanya." Lelaki itu kemudian buta, jatuh miskin sehingga menjadi peminta-peminta, difitnah sebagai orang yang sombong dan pembohong, dan karena itu ia dibunuh. (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari jalur Mush'ab bin Sa'ad)

Riwayat lain menceritakan bahwa ada seorang laki-laki muslim mengejek Sa'ad bin Abi Waqash. Kemudian Sa'ad berdoa, "Ya Allah, potonglah lidah dan tangannya dengan kehendak-Mu." Pada waktu perang Kadisiyah, laki-laki itu terlempar hingga lidah dan tangannya putus. Ia tidak bisa berbicara sepatah kata pun sampai ajal menjemputnya. (Diriwayatkan oleh Al Thabrani, Ibnu `Asakir dan Abu Na'im dari Qabishah bin Jabir)

Dikisahkan pula bahwa ada seorang perempuan yang mempunyai perawakan seperti anak kecil. Orang-orang mengolok-oloknya, "Itu puteri Sa'ad, ia membenamkan tangannya pada tempat bersuci Sa'ad." Kemudian Sa'ad berdoa, "Semoga Allah menunjukkan kekuatanmu meskipun engkau tidak bisa tumbuh besar lagi." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Asakir dari Mughirah)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ada seorang perempuan terus menerus memperhatikan Sa`ad, Sa'ad menegurnya, tetapi ia tidak mengindahkannya. Suatu hari ketika perempuan itu muncul, Sa'ad bcrkata, "Buruk sekali wajahmu." Tiba-tiba wajah pcrempuan itu memuntir ke belakang dan tidak bisa menoleh ke depan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Asakir dari Mana' dari Abdurrahman bin Auf)

Qais bertutur, "Ada seorang laki-laki mengejek Ali. Maka Sa'ad berdoa, 'Ya Allah, laki-laki ini telah mengejek salah seorang walimu. Jangan pisahkan golongan ini, sampai Engkau perlihatkan kekuasaanMu.' Demi Allah, kami belum berpisah, hingga kudanya terbenam ke dalam lumpur, kemudian ia terlempar di bebatuan, sampai otaknya keluar dan akhirnya mati" (Riwayat Al- Hakim).

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Sa'ad mendoakan buruk untuk seorang laki-laki. Tiba-tiba laki-laki itu tertubruk seekor unta betina hingga ia mati. Kemudian Sa'ad menahan nafas dan bersumpah tidak akan mendoakan buruk untuk seorang pun (Riwayat Al-Hakim dari Mush'ab bin Sa'ad).

Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Al-Musayyab bahwasanya Marwan pernah berkata, "Harta ini milik kami maka kami berhak memberikannya kepada orang yang kami kehendaki." Kemudian Sa`ad mengangkat kedua tangannya dan berkata, 'Aku akan berdoa." Marwan meloncat, lalu merangkulnya sambil berseru, "Engkau akan berdoa kepada Allah, hai Abu Ishaq. Tolong jangan berdoa, karena harta itu adalah milik Allah."

Diceritakan pula bahwa Sa'ad bin Abi Waqash pernah berdoa, "Ya Allah, hamba memiliki anak-anak yang masih kecil, maka tangguhkan kematianku sampai mereka dewasa (balig)." Dua puluh tahun kemudian, Sa'ad baru menemui ajalnya, sesudah menderita sakit parah. (Riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu Asakir dari Yahya bin Abdurrahman bin Labibah)

Dikisahkan juga bahwa ketika Sa'ad sedang berjalan-jalan, lewatlah seorang laki-laki sambil mencaci maki Ali, Thalhah, dan Zubair. Sa'ad berkata kepada laki-laki itu, "Kamu mencaci-maki para pemimpin yang dianugerahi keunggulan oleh Allah. Demi Allah, kamu harus menghentikan cacianmu kepada mereka atau aku akan mendoakan keburukan untukmu." Laki-laki itu menjawab, "Kamu menakutiku, seolah-olah kamu ini nabi." Sa'ad lalu berdoa, "Ya Allah, ia telah mencaci-maki para pemimpin yang telah Engkau unggulkan, maka timpakan malapetaka padanya hari ini." Tiba-tiba datanglah seorang peramal perempuan sehingga orang-orang berlarian menghindarinya, lalu sang peramal memukul laki-laki itu dengan keras. Orang-orang mengikuti Sa'ad, dan berkata, 'Allah telah mengabulkan doamu, ya Abu Ishaq." Doa Sa'ad mustajab, karena Nabi Saw telah mendoakan agar doanya mustajab. (Riwayat Al Thabrani dari Amir bin Sa'ad)

Al-Tirmidzi dan Al-Hakim meriwayatkan dan menyatakan kesahihan hadis Nabi tentang Sa'ad, "Ya Allah, kabulkanlah semua doa yang dipanjatkan Sa'ad!" Hingga setiap doa yang dilantunkan Sa'ad selalu dikabulkan Allah. Dalam hadis lain juga dinyatakan, "Ya Allah, kabulkanlah doa Sa'ad dan tepatkanlah lemparan panahnya!"

Kisah 2

Riwayat lain menceritakan bahwa ketika Sa'ad bin Abi Waqash r.a. sampai di sungai Tigris, ia mencari perahu untuk menyeberang, tetapi ia tidak berhasil karena perahu-perahu telah ditambatkan. Sa'ad dan pasukannya tinggal di sana beberapa hari pada bulan Safar. Tiba-tiba datang air pasang. Sa'ad bermimpi melihat sekawanan kuda milik pasukan muslimin menceburkan diri ke sungai, lalu menyeberangi air pasang itu, padahal air pasang sungai Tigris sangat tinggi. Sa'ad menakwilkan mimpinya sebagai petunjuk agar ia menyeberangi sungai itu. Maka ia mengumpulkan pasukannya, lalu berkata, 'Aku akan menyeberangi sungai ini," dan mereka menyetujuinya. Sa`ad mempersilakan pasukannya untuk menceburkan diri ke sungai, lalu berkata, "Katakanlah! Kami memohon pertolongan Allah dan bertawakkal kepada-Nya. Cukuplah Allah bagi kami, sebaik-baik Zat tempat memasrahkan diri. Tiada daya dan kekuatan, kecuali milik Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung." Lalu mereka menceburkan diri ke Sungai Tigris, menyeberangi air yang pasang itu, dan terombang-ambing ombak. Sungguh ajaib, mereka terapung di sungai itu sambil berbincang-bincang dan berpasangan, seperti ketika berjalan di daratan. Orang-orang Persia merasa heran dengan hal yang tidak masuk akal tersebut. Pasukan muslimin kemudian menaklukkan Persia dan segera mengumpulkan sebagian besar kekayaan mereka, yaitu kota-kota di Persia. Pada bulan Safar tahun 16 H, kaum muslimin menguasai rumah-rumah peninggalan kerajaan Persia. (Riwayat Abu Na'im dari Ibnu al-Dafili)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Sa'ad berkata, "Kami menyeberangi sungai Tigris sambil membawa kuda dan binatang piaraan kami, sampai tak seorang pun melihat air dari dua tepinya. Kuda-kuda itu mendatangi pasukanku sambil menghela surainya diiringi ringkikan. Ketika melihat tingkah kuda tersebut, pasukanku segera menyeberangi sungai itu tanpa memedulikan apa pun. Tidak ada sesuatu pun milik pasukanku yang hilang dalam air, hanya sebuah gelas yang pegangannya telah pecah. Gelas itu terjatuh dan hanyut terbawa air. Namun angin dan gelombang menyeretnya ke tepi dan pemiliknya mcngambilnya kembali." (Abu Na'im meriwayatkan kisah ini dari Abu `Utsman al-Nahdi)

Riwayat lain menyebutkan bahwa orang yang berjalan di atas air bersama Sa'ad adalah Salman al-Farisi. Pasukan Sa'ad menyeberangi sungai Tigris sambil terapung beserta kuda-kuda mereka. Sa'ad berkata, "Cukuplah Allah bagi kami, Dialah sebaik-baik Zat tempat memasrahkan diri. Demi Allah, Allah benar-benar akan menolong wali-Nya, memenangkan agama-Nya, dan mengalahkan musuh-Nya, jika dalam diri pasukan tidak ada kejahatan atau dosa yang mengalahkan kebaikan." Salman berkata kepada Sa'ad, "Sesungguhnya Islam itu baru. Demi Allah, lautan tunduk kepada Sa'ad dan pasukannya seperti halnya daratan tunduk kepada mereka. Mereka menyeberangi sungai, hingga air itu tidak terlihat dari tepian. Sambil terapung di sungai, mereka berbincang-bincang lebih banyak daripada ketika mereka berjalan di daratan. Mereka berhasil melintasinya, tidak ada sesuatu pun yang hilang, dan tidak ada seorang pun yang tenggelam." (Diriwayatkan oleh Abu Na'im dari Abu Bakar bin Hafsh bin `Umar)

Riwayat lain menceritakan bahwa Sa'ad dan pasukannya menccburkan diri ke sungai Tigris berpasang-pasangan. Salman menjadi pasangan Sa'ad, mereka berdampingan berjalan di atas air. Sa'ad berkata, "Demikianlah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Air sungai Tigris mengapungkan Sa'ad dan pasukannya, sementara kuda mereka menyeberangi sungai sambil berdiri tegak. Bila Sa'ad lelah, di depannya terhampar sebuah gundukan, lalu ia beristirahat di atasnya seolah-olah berada di atas tanah. Tidak ada pemandangan yang lebih menakjubkan selain pemandangan itu, karena itulah hari itu disebut dengan Yaumul Jaratsim. Jika ada yang lelah, maka di depannya terhampar sebuah gundukan tempat untuk istirahat. (Riwayat Abu Na'im dari Amir al-Sha'idi)

Qais bin Abi Hazim berkata, "Kami menundukkan sungai Tigris yang sedang meluap airnya. Meskipun air pasang mencapai puncak ketinggiannya, prajurit berkuda tetap tegak dan air tidak sampai menyentuh ikat perut kudanya," (Riwayat Abu Na'im).

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika kaum muslimin menyeberangi sungai Tigris, penduduk Persia berkata, "Mereka itu jin, bukan manusia," (Riwayat Abu Na'im dari Habib bin Shahban, dikutip dari kitab Hujjatullah 'ala al-'Alaamin).
 
41. Safinah r.a., pelayan Rasulullah Saw.

Safinah bercerita, "Aku naik perahu, kemudian perahu itu pecah, maka aku naik papan pecahan dari perahu itu sampai ke pantai. Kemudian aku bertemu seekor macan, aku menyapanya, 'Hai Abul Harits (julukan harimau), aku adalah Safinah, pelayan Rasulullah Saw'. Harimau itu menundukkan kepalanya dan menaikkanku ke atas pundaknya, lalu mengantarku sampai di sebuah jalan. Di jalan itu, ia mengaum. Maka aku paham ia mengucapkan selamat berpisah denganku. (Diriwayatkan oleh Ibnu Atsir dalam kitab Usud al-Ghabah dari Muhammad bin Munkadir)

42. Salman al-Farisi r.a.

Kisah 1

Salah satu karamah Salman adalah ketika suatu hari ia keluar dari Madain bersama seorang tamu, tiba-tiba ada sekawanan kijang berjalan di padang pasir dan burung-burung beterbangan di angkasa raya. Salman berkata, "Kemarilah wahai burung dan kijang, karena aku kedatangan seorang tamu yang sangat ingin aku muliakan. Maka datanglah seekor burung dan kijang kepadanya. Tamu itu berkata, "Maha Suci Allah." Kemudian Salman berkata kepadanya, "Apakah engkau heran melihat seorang hamba yang taat kepada Allah, tetapi ia didurhakai oleh sesuatu?" (Kisah ini aku kemukakan dalam kitab Hujjatullah 'ala al-Alamin dan dikemukakan juga oleh Syaikh Abdul Majid al-Khan al-Dimasyqi dalam kitabnya Al-Hadaiq al- Wardiyyah fi Ajla'i al Tharigah al-Naqsyabandiyyah)

Kisah 2

Harits bin Amir melakukan perjalanan sampai di Madain. Ia bertemu seorang laki-laki berpakaian lusuh membawa kulit yang disamak berwarna merah yang digunakan dalam pertempuran. Laki-laki itu menoleh ke arah Harits, lalu berkata, "Tetaplah di tempatmu, ya Abdullah!" Harits bertanya kepada orang di sampingnya, "Siapa orang ini?" Jawabnya, "Salman."

Lalu Salman masuk ke dalam rumahnya, dan mengenakan baju putih. la menyambut Harits, meraih tangannya, dan menyalaminya. Harits lalu berkata, "Ya Abu Abdullah, engkau belum pernah bertemu denganku sebelumnya, dan aku juga belum pernah bertemu denganmu. Engkau tidak mengenalku, begitu juga aku tidak mengenalmu." Salman menjawab, "Ya, demi Zat yang menguasai jiwaku. Ruhku telah mengenal ruhmu ketika aku bertemu denganmu. Bukankah engkau Harits bin `Amir?" Harits menjawab, "Ya." Salman menegaskan,'Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, `Ruh-ruh itu laksana tentara yang berperang. Tentara yang dikenal adalah kawan dan yang tak dikenal adalah lawan."' (Diriwayatkan oleh Syaikh Abdul Majid dari Abu Na'im)
Karamah ini juga dikemukakan dalam kitab Al Tabaqah karya Imam Munawi.

43. Tamim Al Dari r.a

Mu'awiyah bin Harmal bercerita, "Ada api keluar dari tanah yang tak berpasir. Khalifah `Umar kemudian menemui Tamim al-Dari dan menyuruhnya pergi ke tempat munculnya api itu. Maka Tamim bangkit bersama `Umar, dan aku mengikuti mereka. Keduanya pergi ke tempat api itu. Kemudian Tamim menggiring api itu dengan tangannya, sampai api itu masuk ke sebuah gua, Tamim menyusul di belakangnya. Lalu 'Umar berkata, `Tidaklah sama antara orang yang mcnyaksikan hal in dengan yang tidak menyaksikannya,"Umar mengucapkannya tiga kali. (Riwayat Al-Baihaqi dan Abu Na'im)

Dalam riwayat lain dari Abu Na'im diceritakan bahwa Marzuq berkata, "Pada masa 'Umar, ada api muncul. Tamim al-Dari berusaha menggiring api itu dengan selendangnya, sampai api itu masuk ke sebuah gua. Lalu `Umar berkata kepada Tamim, 'Seperti inilah, kami pernah menyembunyikanmu."'

44. Tsabit bin Qais r.a.

Abdullah bin `Ubaidillah al-Anshari bercerita, "Aku ikut menguburkan Tsabit bin Qais r.a. yang gugur dalam perang Yamamah. Ia adalah juru bicara kaum Anshar. Nabi Saw. pernah menyatakan bahwa ia termasuk ahli surga. Ketika kami memasukkan jenazah Tsabit ke dalam liang lahat, kami mendengar Tsabit berkata, 'Muhammad adalah utusan Allah, Abu Bakar itu orang yang tepercaya, 'Umar itu seorang syahid, dan 'Utsman itu orang yang baik lagi penyayang.' Kami mendengar ucapannya secara langsung, padahal ia sudah menjadi mayat." (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan pengarang kitab Al-Syifa')

45. Ummu Aiman r.a.

Tsabit, Abu 'Imran al-Juni, dan Hisyam bin Hisan menceritakan bahwa Ummu Aiman hijrah dari Mekkah ke Madinah tanpa membawa bekal sedikit pun. Sesampai di Rauha, ia didera haus yang amat sangat. Kemudian ia mendengar desiran yang sangat keras di atas kepalanya. Tiba-tiba ada timba yang menjulur dari langit dengan tali timba berwarna putih. Ia menggapai timba itu dan memegangnya, kemudian minum sampai puas. Ummu Aiman berkata, "Setelah meminumnya, aku berpuasa di hari yang sangat panas. Lalu aku berputar-putar di bawah terik matahari yang bisa membuatku dahaga, tetapi aku tidak merasakan dahaga lagi" (Riwayat Al-Baihaqi). Cerita ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Muni` dalam musnadnya dari jalur sanad yang lain.
 
46. Ummu Syarik al-Dausiyah r.a.

Kisah 1

Yahya bin Sa'id menceritakan bahwa Ummu Syarik al-Dausiyah berhijrah, di tengah jalan ia berkawan dengan seorang Yahudi. Pada waktu itu, Ummu Syarik al-Dausiyah dalam keadaaan berpuasa. Orang Yahudi itu berkata kepada isterinya, "Jika engkau memberinya minum, aku benar-benar akan marah." Sampai di penghujung malam, Ummu Syarik al-Dausiyah masih berpuasa karena tidak ada makanan unruk berbuka. Tiba-tiba di atas dada Ummu Syarik ada timba, lalu ia meminumnya. Kemudian orang Yahudi tersebut berkata, "Aku mendengar suara orang minum." Istri Yahudi itu menyahut, "Demi'Allah, aku tidak memberinya minum." (Riwayat Ibnu Sa'ad dari `Arim bin al-Fadhl dari Hammad bin Zaid)

Kisah 2

Ibnu Sa'ad juga menceritakan bahwa Ummu Syarik al-Dausiyah memiliki wadah lemak sapi yang dianggap jelek oleh orang yang mendatanginya. Ada seseorang mengunjunginya, lalu Ummu Syarik berkata, "Di dalam wadah ini, terdapat apa yang dibutuhkan." Ia meniup wadah itu dan menjemurnya di panas matahari. Tiba-tiba wadah itu telah penuh dengan mentega. Ada yang berpendapat bahwa wadah lemak sapi Ummu Syarik termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah.

47. Utsman bin 'Affan r.a.

Kisah 1

Dalam kitab Al-Thabaqat, Taj al-Subki menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertamu kepada 'Utsman. Laki-laki tersebut baru saja bertemu dengan seorang perempuan di tengah jalan, lalu ia menghayalkannya. 'Utsman berkata kepada laki-laki itu, "Aku melihat ada bekas zina di matamu." Laki-laki itu bertanya, "Apakah wahyu masih diturunkan sctelah Rasulullah Saw wafat?" `Utsman menjawab, "Tidak, ini adalah firasat seorang mukmin." `Utsman r.a. mengatakan hal tersebut untuk mendidik dan menegur laki-laki itu agar tidak mengulangi apa yang telah dilakukannya.

Selanjutnya Taj al-Subki menjelaskan bahwa bila seseorang hatinya jernih, maka ia akan melihat dengan nur Allah, sehingga ia bisa mengetahui apakah yang dilihatnya itu kotor atau bcrsih. Maqam orang-orang seperti itu berbeda-beda. Ada yang mengetahui bahwa yang dilihatnya itu kotor tetapi ia tidak mengetahui sebabnya. Ada yang maqamnya lebih tinggi karena mengetahui sebab kotornya, seperti 'Utsman r.a. Ketika ada seorang laki-laki datang kepadanya, `Utsman dapat melihat bahwa hati orang itu kotor dan mengetahui sebabnya yakni karena menghayalkan seorang perempuan.
Artinya, setiap maksiat itu kotor, dan menimbulkan noda hitam di hati sesuai kadar kemaksiatannya sehingga membuatnya kotor, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, "Sekali-kali tidak demikian, sesungguhnya apa yang mereka kerjakan itu mengotori hati mereka (QS Al-Muthaffifin [83]: 14).

Semakin lama, kemaksiatan yang dilakukan membuat hati semakin kotor dan ternoda, sehingga membuat hati menjadi gelap dan menutup pintu-pintu cahaya, lalu hati menjadi mati, dan tidak ada jalan lagi untuk bertobat, seperti dinyatakan dalam firman Nya, Dan hati mereka telah dikunci mati, sehingga mereka tidak mengetahui kebahagiaan beriman dan berjihad. (QS Al Taubah [9]: 87)

Sekecil apa pun kemaksiatan akan membuat hati kotor sesuai kadar kemaksiatan itu. Kotoran itu bisa dibersihkan dengan memohon ampun (istighfar) atau perbuatan-perbuatan lain yang dapat menghilangkannya. Hal tersebut hanya diketahui oleh orang yang memiliki mata batin yang tajam seperti 'Utsman bin `Affan, sehingga ia bisa mengetahui kotoran hati meskipun kecil, karena menghayalkan seorang perempuan merupakan dosa yang paling ringan, `Utsman dapat melihat kotoran hati itu dan mengetahui sebabnya. Ini adalah maqam paling tinggi di antara maqam-maqam lainnya. Apabila dosa kecil ditambah dosa kecil lainnya, maka akan bertambah pula kekotoran hatinya, dan apabila dosa itu semakin banyak maka akan membuat hatinya gelap. Orang yang memiliki mata hati akan mampu melihat hal ini. Apabila kita bertemu dengan orang yang penuh dosa sampai gelap hatinya, tetapi kita tidak mampu mengetahui hal tersebut, berarti dalam hati kita masih ada penghalang yang membuat kita tidak mampu melihat hal tersebut, karena orang yang mata hatinya jernih dan tajam pasti akan mampu melihat dosa-dosa orang tersebut.

Kisah 2

Ibnu `Umar r.a. menceritakan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati 'Utsman r.a. yang sedang berada di atas mimbar. Jahjah merebut tongkat 'Utsman, lalu mematahkannya. Belum lewat setahun, Allah menimpakan penyakit yang menggerogoti tangan Jahjah, hingga merenggut kematiannya. (Riwayat Al-Barudi dan Ibnu Sakan)

Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati `Utsman yang sedang berkhutbah, merebut tongkat dari tangan `Utsman, dan meletakkan di atas lututnya, lalu mematahkannya. Orang-orang menjerit. Allah lalu menimpakan penyakit pada lutut Jahjah dan tidak sampai setahun ia meninggal. (Riwayat Ibnu Sakan dari Falih bin Sulaiman yang saya kemukakan dalam kitab Hujjatullah `ala al-Alamin)

Kisah 3

Diceritakan bahwa Abdullah bin Salam mendatangi `Utsman r.a. yang sedang dikurung dalam tahanan untuk mengucapkan salam kepadanya. 'Utsman bercerita, "Selamat datang saudaraku. Aku melihat Rasulullah Saw dalam ventilasi kecil ini. Rasulullah bertanya, "Utsman, apakah mereka mengurungmu?' Aku menjawab, `Ya.' Lalu beliau memberikan seember air kepadaku dan aku meminumnya sampai puas. Rasulullah berkata lagi, `Kalau kau mau bebas.niscaya engkau akan bebas, dan kalau kau mau makan bersama kami mari ikut kami.' Kemudian aku memilih makan bersama mereka." Pada hari itu juga, `Utsman terbunuh.

Menurut Jalaluddin al-Suyuthi, kisah ini adalah kisah masyhur yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis dengan beberapa sanad berbeda, termasuk jalur sanad Harits bin Abi Usamah. Menurut Ibnu Bathis, apa yang dialami 'Utsman adalah mimpi pada saat terjaga sehingga bisa dianggap karamah. Karena semua orang bisa bermimpi ketika tidur, maka mimpi ketika tidur tidak termasuk kejadian luar biasa yang bisa dianggap sebagai karamah. Hal ini disepakati oleh orang yang mengingkari karamah para wali. (Dikutip dalam Tabaqat al-Munawi dari kitab Itsbat al-Karamah karya Ibnu Bathis)

48. Ya'la bin Marrah

Ya'la bin Marrah berkata, "Kami bersama Rasulullah melewati pemakaman. Aku mendengar rintihan kesakitan dari dalam suatu makam, lalu aku bertanya, 'Ya Rasulullah, aku mendengar rintihan kesakitan dari dalam kubur.' Rasulullah bertanya, `Kamu bisa mendengarnya, Ya`la?' Aku menjawab, `Ya.' Kemudian Rasulullah berkata, `Sesungguhnya ia sedang disiksa karena hal yang sepele.' Aku bertanya, 'Karena apa?' Rasulullah menjawab, `Adu domba dan kencing."' (HR Al-Baihaqi)

49.Zaid bin Kharijah al-Anshari

Zaid bin Kharijah al-Anshari adalah keturunan Bani Harits bin Khazraj. Ia wafat pada masa 'Utsman. Setelah jenazahnya dibungkus kain kafan, terdengar suara keras dari dalam dadanya, "Terpujilah Muhammad, terpujilah Muhammad dalam lauh mahfuzh. Benarlah Abu Bakar al-Shiddiq, benarlah Abu Bakar al-Shiddiq yang lemah jiwanya tetapi teguh menegakkan perintah Allah, dalam lauh mahfuzh. Benarlah `Umar bin Khattab, benarlah `Umar bin Khattab yang kuat lagi tepercaya dalam lauh mahfuzh. Benarlah `Utsman bin Affan, benarlah `Utsman bin Affan yang mengatur sistem mereka. Enam tahun setelah ini akan muncul berbagai fitnah, yang kuat memangsa yang lemah, tanda-tanda kiamat muncul, dan akan datang dari pasukan kalian, berita tentang sumur Aris (sebuah sumur di Madinah)." Kemudian ada seorang lakilaki dari Bani Khathmah meninggal. Jenazahnya dikafani dengan bajunya, lalu terdcngar suara keras dari dalam dadanya, "Benarlah, benarlah apa yang telah dikatakan oleh Zaid dan Bani Harits bin Khazraj." (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Sa'id bin Musayyab)

Al-Baihaqi menjelaskan cerita tentang sumur Aris, "Nabi Saw membuat sebuah cincin kemudian memakainya, lalu cincin itu dipakai Abu Bakar, disusul `Umar, dan terakhir `Utsman, sampai kemudian cincin itu jatuh ke sumur Aris pada tahun keenam pemerintahan `Utsman. Sejak saat itu, kinerja Utsman berubah dan sebab-sebab fitnah muncul, seperti yang telah dikatakan jenazah Zaid bin Kharijah enam tahun sebelumnya."

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa sahabat rasulullah yang mampu berbicara setelah meninggal dunia adalah Kharijah bin Zaid, sebagaimana diceritakan oleh Nu'man bin Basyir. Kharijah bin Zaid adalah salah seorang pemimpin kaum Anshar. Suatu hari, ketika ia melewati sebuah jalan di Madinah antara waktu zuhur dan asar, mendadak ia jatuh, lalu wafat. Mendengar berita wafatnya Kharijah, kaum Anshar mengetahui mendatanginya dan membawanya ke rumahnya, mengafaninya dengan pakaian dan dua buah selendang. Kaum Anshar baik laki-laki maupun perempuan menangisi kematiannya. Jenazah Kharijah dibiarkan terbungkus kain kafan dalam waktu lama, karena orang-orang meratapi kematiannya yang mendadak, sehingga mereka tidak menyegerakan pemakamannya. Pada waktu antara magrib dan isya, orang-orang mendengar suara mengatakan, "Diamlah kalian semua! Diamlah kalian semua!" Mereka mencari asal suara itu, ternyata suara itu muncul dari bawah pakaian yang ditutupkan ke jenazah Kharijah. Lalu mereka membuka penutup wajahnya, tiba-tiba jenazah Kharijah berkata, "Muhammad adalah urusan Allah, seorang nabi yang ummi, penutup para nabi yang tidak ada nabi setelahnya. Sebagaimana yang ditetapkan dalam lauh mahfuzh." Lalu berkata lagi, "Benarlah, benarlah." Lalu berkata, "Ini adalah utusan Allah, semoga keselamatan, rahmat, dan barakah Allah senantiasa dilimpahkan atasmu ya Rasuullah, begitu juga rahmat dan barakah Allah." Kemudian ia wafat kembali seperti semula. (Riwayat Al Thabrani).

Riwayat ini dikutip dari kitab saya (penulis), Hujjatullah `ala al-'Alamin. Dalam kisah itu, seolah-olah Kharijah bin Zaid melihat ruh Nabi Saw hadir di sampingnya. Ia hanya menyebutkan tiga khalifah setelah Rasulullah Saw. wafat dan memuji mereka, tctapi tidak menyebutkan Ali, karena ketika itu All belum menjabat khalifah. Kemudian aku mengecek hal tersebut dalam kitab Usud al-Ghabah karya Ibnu Atsir pada bab tentang biografi Kharijah bin Zaid al-Khazraji. Saya melihat ada perbedaan pendapat tentang tokoh dalam kisah ini, apakah Kharijah bin Zaid atau Zaid bin Kharijah. Di akhir pembahasannya, Ibnu Atsir mengatakan bahwa pendapat yang benar adalah Zaid bin Kharijah.

50. Zainab Ummu Kultsum

Sayyidah Zainab Ummu Kultswn adalah putri Sayyidina All bin Abi Thalib dari Sayyidah Fatimah al-Zahra' r.a., juga istri `Umar bin Khatthab r.a. Dalam kitab Al-Isyarat fi Amakin al-Ziyarat, Ibnu Haurani mengemukakan bahwa `Umar menikahi Sayyidah Zainab dengan mahar 40.000. Sayyidah Zainab melahirkan Zaid yang bergelar Dzul Hilalain dan hanya sebentar mendampingi `Umar. Ia wafat di Ghauthah, daerah di Damaskus, setelah peristiwa pembunuhan saudara laki-lakinya, Husaul r.a. Ia dimakamkan di daerah yang bernama Rawiyah, selanjutnya daerah tersebut dinamai dengan nama Sayyidah Zainab Ummu Kultsum, yang sekarang terkenal dengan sebutan Makam Al-Sittu.

Syaikh Abu Bakar al-Maushili bercerita, "Aku menziarahi makam Sayyidah Zainab satu kali bersama sekelompok sahabatku. Aku tidak masuk ke makamnya, tetapi hanya menghadap ke arah makamnya. Kami menundukkan pandangan sebagaimana ditetapkan para ulama bahwa peziarah sebaiknya menghormati mayit sebagaimana ketika ia masih hidup. Ketika aku sedang menangis dengan khusyuk dan rendah hati, tiba-tiba aku melihat sosok perempuan bertubuh besar, terhormat, dan berwibawa. Orang tidak akan mampu memandangnya karena begitu menghormatinya. Kemudian perempuan itu menoleh ke arahku dan berkata, 'Hai anakku, semoga Allah menambahkan penghormatan dan kesopanan kepadamu. Tahukah kamu bahwa kakekku adalah Rasulullah Saw dan para sahabatnya selalu menziarahi Ummu Aiman, karena ia perempuan terhormat. Sampaikan kabar gembira kepada umat bahwa kakekku, para sahabat, dan anak cucunya mencintai umat ini, kecuali orang yang murtad dari agama ini karena mereka membencinya.' Aku gelisah memikirkan ucapan perempuan itu yang bagiku merupakan misteri. Ketika aku sadar sepenuhnya, perempuan itu tak tampak lagi. Akhirnya, aku rajin menziarahi makam Sayyidah Zainab sampai sekarang." Ibnu Asakir mengatakan bahwa di sebelah barat makam Sayyidah Zainab r.a. terdapat makam Sayyid Mudrik al-Shahabi. (Diceritakan oleh Ibnu Haurani)

Ibnu al-Atsir telah menulis biografi tentang Sayyidah Zainab r.a. dalam kitab Usud al-Ghabah, dan menuturkan bahwa Sayyidah Zainab r.a. dilahirkan sebelum Rasulullah Saw wafat. Setelah dinikahi `Umar, ia menikah lagi dengan putra pamannya yaitu 'Aun bin Ja'far, sesuai perintah ayahandanya. Sayyidah Zainab dan anak laki-lakinya Zaid, wafat pada waktu yang sama. Abdullah bin `Umar menshalati jenazahnya atas perintah saudara laki-laki Zainab r.a. yaitu Hasan r.a.
 
51. Zanirah r.a.

'Urwah menceritakan bahwa Abu Bakar r.a. memerdekakan tujuh orang di antara budak-budak yang disiksa tuannya karena beriman kepada Allah dan masuk.Islam. Di antaranya adalah Zanirah yang menjadi buta karena disiksa. Orang-orang musyrik mengatakan bahwa yang menyebabkan Zanirah buta hanyalah Lata dan `Uzza. Maka Zanirah menyangkalnya, "Sama sekali tidak, demi Allah bukan Lata dan 'Uzza yang membuatku buta." Kemudian Allah mengembalikan penglihatannya. (Riwayat Al-Baihaqi)

52. `Abdullah bin Zubair r.a.

Ketika Abdullah bin Zubair disalib oleh Hajjaj (tokoh kafir dari Syam), orang-orang yang menyaksikannya mencium harum minyak wangi dari tubuhnya, sehingga penduduk Syam tertarik hatinya. (Dikemukakan oleh Syaikh `Ulwan al-Hawi dalam kitab Nasamat al-Ashar)

53. `Ali bin Abi Thalib k.w.

Kisah 1

Sid bin Musayyab menceritakan bahwa ia dan para sahabat menziarahi makam-makam di Madinah bersama `Ali. All lalu berseru, "Wahai para penghuni kubur, semoga dan rahmat dari Allah senantiasa tercurrah kepada kalian, beritahukanlah keadaan kalian kepada kami atau kami akan memberitahukan kcadaan kami kepada kalian." Lalu terdengar jawaban, "Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dari Allah senantiasa tercurah untukmu, wahai amirul mukminin. Kabarkan kepada kami tentang hal-hal yang terjadi setelah kami." All berkata, "Istri-istri kalian sudah menikah lagi, kekayaan kalian sudah dibagi, anak-anak kalian berkumpul dalam kelompok anak-anak yatim, bangunan-bangunan yang kalian dirikan sudah ditempati musuh-musuh kalian. Inilah kabar dari kami, lalu bagaimana kabar kalian?" Salah satu mayat menjawab, "Kain kafan telah koyak, rambut telah rontok, kulit mengelupas, biji mata terlepas di atas pipi, hidung mengalirkan darah dan nanah. Kami mendapatkan pahala atas kebaikan yang kami lakukan dan mendapatkan kerugian atas kewajiban yang yang kami tinggalkan. Kami bertanggung jawab atas perbuatan kami." (RiwayatAl-Baihagi)

Kisah 2

Dalam kitab Al-Tabaqat, Taj al-Subki meriwayatkan bahwa pada suatu malam, `Ali dan kedua anaknya, Hasan dan Husein r.a. mendengar seseorang bersyair:
Hai Zat yang mengabulkan doa orang yang terhimpit kezaliman
Wahai Zat yang menghilangkan penderitaan, bencana, dan sakit
Utusan-Mu tertidur di rumab Rasulullab sedang orang-orang kafir mengepungnya
Dan Engkau Yang Maha Hidup lagi Maha Tegak tidak pernah ttdur
Dengan kemurahan-Mu, ampunilah dosa-dosaku
Wahai Zat tempat berharap makhluk di Masjidil Haram
Kalau ampunan-Mu tidak bisa diharapkan oleh orang yang bersalah
Siapa yang akan menganugerahi nikmat kepada orang-orang yang durhaka.
`Ali lalu menyuruh orang mencari si pelantun syair itu. Pelantun syair itu datang menghadap Ali seraya berkata, "Aku, ya Amirul mukminin!" Laki-laki itu menghadap sambil menyeret sebelah kanan tubuhnya, lalu berhenti di hadapan All. Ali bertanya, "Aku telah mendengar syairmu, apa yang menimpamu?" Laki-laki itu menjawab, "Dulu aku sibuk memainkan alat musik dan melakukan kemaksiatan, padahal ayahku sudah menasihatiku bahwa Allah mcmiliki kekuasaan dan siksaan yang pasti akan menimpa orang-orang zalim. Karena ayah terus-menerus menasihati, aku memukulnya. Karenanya, ayahku besumpah akan mendoakan keburukan untukku, lalu ia pergi ke Mekkah untuk memohon pertolongan Allah. Ia berdoa, belum selesai ia berdoa, tubuh sebelah kananku tiba-tiba lumpuh. Aku menyesal atas semua yang telah aku lakukan, maka aku meminta belas kasihan dan ridha ayahku sampal la berjanji akan mendoakan kebaikan untukku jika Ali mau berdoa untukku. Aku mengendarai untanya, unta betina itu melaju sangat kencang sampai terlempar di antara dua batu besar, lalu mati di sana."
`Ali lalu berkata, "Allah akan meridhaimu, kalau ayahmu meridhaimu." Laki-laki itu menjawab, "Demi Allah, demikianlah yang terjadi." Kemudian 'Ali bcrdiri, shalat beberapa rakaat, dan berdoa kepada Allah dngan pelan, kemudian berkata, "Hai orang yang diberkahi, bangkitlah!" Laki-laki itu berdiri, bcrjalan, dan kembali sehat seperti sedia kala. `Ali berkata, "Jika engkau tidak bersumpah bahwa ayahmu akan meridhaimu, maka aku tidak akan mendoakan kebaikan untukmu."

Kisah 3

Fakhrurrazi yang hanya sedikit memasukkan cerita-cerita tentang karamah para sahabat dalam kitabnya, juga meriwayatkan bahwa seorang budak kulit hitam penggemar `Ali mencuri. Budak itu diajukan kepada Ali dan ditanya, "Betulkah kau mencuri?" la menjawab, "Ya," maka `Ali memotong tangannya. Budak itu berlalu dari hadapan `Ali, kemudian berjumpa dengan Salman al-Farisi dan Ibnu al-Kawwa'. Ibnu al-Kawwa' bertanya, "Siapa yang telah memotong tanganmu?" Ia menjawab, "Amirul mukminin, pemimpin besar umat muslim, menantu Rasullah, dan suami Fatimah." Ibnu al-Kawwa' bertanya, "la telah memotong tanganmu dan kamu masih juga memujinya?" Budak itu menjawab, "Mengapa aku tidak memujinya? Ia memotong tanganku sesuai dengan kebenaran dan berarti membebaskanku dari neraka."

Salman mendengarkan penuturan budak itu, lalu menceritakannya kepada All. Selanjutnya Ali memanggil budak hitam itu, lalu meletakkan tangan yang telah dipotong di bawah lengannya, dan menutupnya dengan selendang, kemudian Ali memanjatkan doa. Orang-orang yang ada di sana tiba-tiba mcndengar seruan dari langit, "Angkat selendang itu dari tangannya!" Ketika selendang itu diangkat, tangan budak hitam itu tersambung kembali dengan izin Allah.

Kisah 4

Dalam kitab Al-I`tibar, Usamah bin Munqidz mengemukakan kisah yang didengamya dari Syihabuddin Abu al-Fath, pelayan Mu'izuddaulah bin Buwaihi di Mosul pada tanggal 18 Ramadhan 566 M. Diceritakan bahwa ketika Syihabuddin berada di dalam Masjid Shunduriyah di pinggir kota Anbar daerah Tepi Barat, Khalifah Al-Muqtafi datang berkunjung bersama salah seorang menterinya. AI-Mugtafi memasuki masjid tersebut, yang dikenal dengan sebutan Masjid Amirul Mukminin Ali, dengan memakai baju biasa dan menyandang pedang yang hiasannya dari besi. Tak seorang pun mengetahui bahwa ia adalah seorang khalifah, kecuali orang-orang yang telah mcngenalnya. Pengurus masjid mendoakan sang menteri. Lalu sang menteri berkata, "Celaka, doakanlah khalifah!"
Kemudian Khalifah Al-Mugtafi berkata kepada menterinya, "Tanyakan sesuatu yang bermanfaat pada pengurus masjid itu. Katakan padanya bahwa dulu pada masa pemcrintahan Maulana Al-Mustazhhir, aku melihat la menderita sakit di wajahnya. Wajahnya penuh bisul schingga jika mau makan, bisulnya harus ditutup dengan sapu tangan, agar makanan bisa masuk ke mulutnya."

Pengurus masjid itu menjelaskan, "Seperti Anda ketahui, aku berulang kali datang ke masjid ini dari Anbar. Suatu hari, ada seseorang menemuiku dan berkata, `Kalau engkau berulang kali menemui si Fulan setiap datang dari Anbar, seperti engkau berulang kali datang ke masjid ini, niscaya si Fulan akan memanggilkan tabib untukmu yang bisa menghilangkan penyakit di wajahmu.' Perkataan orang itu merasuk ke hatiku dan menghimpit dadaku. Lalu aku tertidur pada malam itu dan bermimpi bertemu amirul mukminin Ali bin Abi Thalib yang tengah berada dalam masjid tersebut seraya bertanya, `Lubang apa ini?' Maksudnya adalah sebuah lubang di tanah. Kemudian aku mengadukan penyakit yang menimpaku tetapi `Ali berpaling dariku. Maka aku kembali mengadukan penyakitku dan perkataan yang diucapkan oleh lelaki yang menemuiku di masjid tadi. All berkata, `Engkau termasuk orang yang menginginkan dunia.' Kemudian aku terbangun, dan tiba-tiba bisul-bisul di wajahku lenyap."

Khalifah Al-Mugtafi berkata, "Ia benar," lalu menoleh ke arah Syihabuddin dan berkata, "Bicaralah pada pengurus masjid itu, cari tahu apa yang la minta, tuliskan permintaannya disertai tanda tangannya, dan berikan padaku untuk kutandatangani."
Selanjutnya Syihabuddin berbincang-bincang dengan pengurus masjid itu, dan pengurus masjid itu bercerita, "Aku memiliki istri yang sedang menyusui anak dalam keadaan hamil dan beberapa anak perempuan. Setiap bulan, aku membutuhkan 3 dinar." Syihabuddin menuliskan permintaan pengurus masjid Ali itu beserta alamatnya dan Al-Mugtafi menandatanganinya.

Al-Mugtafi kemudian menyuruh Syihabuddin untuk menyampaikan permintaan pengurus masjid itu ke dewan keuangan. Syihabuddin membawa berkas permintaan pengurus masjid itu ke dewan keuangan dan dewan menandatanganinya tanpa membacanya serta mengambil bagian tulisan khalifah Al-Mugtafi. Ketika sekretaris dewan membuka tulisan itu untuk dipindahkan, ia menemukan tulisan khalifah Al-Mugtafi di bawah tanda tangan pengurus masjid Ali yang berbunyi, "Seandainya ia meminta lebih dari itu, tentu akan diberi."

Kisah 5

Kisah lainnya menceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw menyuruh Abu Dzar memanggil Ali. Sesampai di rumah Ali, Abu Dzar melihat alat penggiling sedang menggiling gandum padahal tidak ada seorang pun di sana. Kemudian Abu Dzar menceritakan hal tersebut kepada Nabi Saw Beliau berkata, "Hai Abu Dzar! Tahukah kau bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat yang berjalan-jalan di bumi dan mereka diperintahkan untuk membantu keluarga Nabi Muhammad Saw." (Dikemukakan olch Al-Shubban dalam kitab Is`af al-Raghibin dan Al Mala' dalam kitab Sirahnya)

54. `Ashim bin Tsabit dan Khabib r.a.

Kisah 1

Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah Saw pernah mengirim pasukan yang dipimpin oleh Ashim bin Tsabit. Mereka berangkat, dan ketika tiba di daerah antara Asfan dan Mekkah, mereka teringat akan caci-maki suku Hudzail. Ternyata suku Hudzail membuntuti pasukan muslimin dari jarak dekat sejauh 100 lemparan anak panah. Suku Hudzail mengikuti jejak pasukan muslimin sampai kemudian berhasil menyusul mereka. Ashim dan pasukannya berada di Fad-Fad, sebuah tempat yang cukup tinggi. Namun suku Hudzail berhasil mengepung pasukan muslimin, dan mengadakan perjanjian, "Kalian harus berjanji bahwa jika kalian turun, maka kami tidak akan membunuh seorang pun dari kalian." Ashim menjawab, "Kami tidak akan turun untuk meminta perlindungan orang kafir. Ya Allah, kabarkanlah keadaan kami kepada Nabi-Mu!"

Suku Hudzail dengan liciknya memanah pasukan muslimin sehingga berhasil membunuh Ashim dan tujuh orang lainnya, yang tersisa adalah Khabib, Zaid bin Ditsnah, dan seorang lainnya. Akhirnya, tiga orang ini mau membuat perjanjian dan kesepakatan dengan suku Hudzail. Mereka turun, tetapi suku Hudzail melepaskan tali busur dengan bengis, lalu mengikat mereka. Ditsnah berkata, "Mereka melanggar perjanjian." Ditsnah menolak tunduk kepada suku Hudzail, maka mereka menarik dan memaksanya untuk tunduk kepada mereka, tetapi ia tetap tidak mau, akhirnya suku Hudzail membunuhnya.
Suku Hudzail membawa Khabib dan Zaid lalu dijual sebagai budak di Mekkah. Keturunan Harits bin 'Amir bin Naufal membeli Khabib, padahal Khabiblah yang membunuh Harits pada waktu perang Badar. Khabib menjadi tawanan mereka sampai ada kesepakatan mereka untuk membunuhnya.

Khabib meminjam pisau cukur dari salah seorang anak perempuan Harits, perempuan itu meminjainkannya. Perempuan itu berkata, "Aku lupa anakku ada di mana." Khabib mencari anak itu sampai menemukannya, lalu memangku anak itu di atas pahanya. Ketika perempuan itu melihat Khabib, ia betul-betul kaget karena Khabib juga menggenggam pisau cukur. Khabib bertanya, "Apakah kau takut aku akan membunuhnya? Insya Allah aku tidak akan melakukannya." Perempuan itu berkomentar, "Aku belum pernah melihat tawanan sebaik Khabib. Aku pernah melihatnya makan anggur yang baru saja dipetik, padahal ketika itu di Mekkah tidak musim buah-buahan dan ia masih terikat rantai besi. Itu tak lain rezeki dari Allah."

Ketika keturunan Harits membawa Khabib keluar dari Mekkah untuk dibunuh, Khabib meminta waktu untuk shalat dua rakaat. Ia melakukan shalat, lalu berdoa, "Ya Allah, lemparilah mereka terus menerus dengan kerikil, bunuhlah mereka semua, hingga tiada seorang pun yang tersisa."

Dalam riwayat lain, Khabib mengucapkan doa, "Ya Allah, aku tidak menemukan utusan untuk mengabarkan keadaan kami kepada RasulMu. Sampaikan salamku untuknya!" Jibril kemudian menemui Nabi Saw untuk memberitahukan keadaan Khabib dan menyampaikan salamnya. Para sahabat melihat Rasulullah Saw yang saat itu sedang duduk berkata, "Salam kembali untuknya. Khabib telah dibunuh suku Quraisy." (HR Al-Baihaqi dan Abu Na`im dari jalur Musa bin Uqbah, dari Ibn Syihab, dari `Urwah)

Kisah 2

Allah telah mengabulkan doa `Ashim scbelum ia dibunuh yang memohon kepada Allah untuk mengabarkan keadaan pasukannya kepada Rasulullah. Hari itu juga, di lain tempat Rasulullah Saw memberitahukan keadaan mereka kepada kaum muslimin. Suku Quraisy mendatangi jenazah Ashim untuk mengambil bagian tubuhnya yang mereka inginkan, karena 'Ashim telah membunuh salah seorang pembesar suku Quraisy pada waktu perang Badar. Akan tetapi Allah mengirim sekawanan lebah untuk melindungi dan mengamankan jenazah `Ashim, sehingga suku Quraisy tidak bisa memotong sedikit pun bagian tubuh Ashim. (Riwayat Bukhari)

Riwayat lainnya menceritakan bahwa ketika suku Hudzail berhasil membunuh `Ashim bin Tsabit, mereka menginginkan kepalanya untuk dijual kepada Sullafah binti Sa'ad, karena ia pernah bernadzar sewaktu anak laki-laki satu-satunya terbunuh, bahwa jika ia bisa memenggal kepala `Ashim bin Tsabit, sungguh ia akan meminum arak dari tulang tengkorak kepala `Ashim. Akan tetapi sekawanan lebah yang dikirim Allah untuk melindungi jenazah Ashim membuat mereka tidak bisa memenggal kepalanya. Karena sekawanan lebah itu menghalangi suku Hudzail mendekati jenazah `Ashim, mereka berkata, "Biarkan saja dulu sampai lebah itu pergi sehingga kita bisa mengambil jenazah Ashim." Namun Allah memerintahkan lembah untuk menelan Ashim dan membuatnya lenyap. Ashim telah berjanji kepada Allah bahwa ia tidak akan menyentuh orang musyrik dan tidak akan disentuh oleh mereka selama hidupnya, maka Allah menjaga `Ashim agar tidak disentuh orang musyrik ketika wafat sebagaimana semasa hidupnya." (Diceritakan oleh Al-Baihaqi dari jalur Ibnu Ishaq dari `Ashim bin `Umar bin Qatadah)
Kisah lainnya menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. mengutus Ashim bin Tsabit menemui orang-orang kafir. Kemudian mereka ingin memenggal kepalanya untuk diserahkan kepada Sullafah. Akan tetapi Allah mengutus sekawan lebah untuk menjaganya hingga mereka tidak bisa memenggal kepalanya. Adapun tentang Khabib disebutkan bahwa ia berdoa, "Ya Allah aku tidak mendapatkan seseorang untuk menyampaikan salamku kepada Rasul-Mu, maka sampaikanlah salamku untuknya." Saat itu juga di tempat yang lain, para sahabat melihat Rasulullah berkata, "Salam kembali untuknya." Para sahabat bertanya, "Untuk siapa ya Nabi?" Beliau menjawab, "Untuk saudara kalian, Khabib, yang telah terbunuh." (HR Baihaqi dan Abu Na'im dari Buraidah bin Salman Aslami)

Kisah 3

Amr bin Umayyah al. Dhamri bercerita, "Rasullah Saw menyuruhku mengambil jenazah Khabib sendirian. Aku menghampiri sepotong kayu yang digunakan orang-orang kafir untuk menyalib Khabib, setelah ia dibunuh. Aku menaiki kayu itu sambil mengedarkan pandangan karena takut ada musuh yang melihat. Aku melepaskan Khabib dan meletakkannya di atas tanah, lalu aku beranjak dari sana sedikit. Ketika aku menoleh lagi, jenazah Khabib sudah tidak ada, seolah-olah ditelan bumi. Hingga kini jenazah Khabib tidak diketahui keberadaannya." (Riwayat Ibnu Ahi Syaibah dan Al-Baihaqi Ja'far bin `Amr bin Umayyah al-Dhamri)

Riwayat yang lain menceritakan bahwa Rasulullah Saw. menyuruh Migdaq dan Zubair untuk menurunkan Khabib dari kayu salib. Mereka berdua sampai di daerah Tan'im, dan menemukan di sekitar Khabib ada 40 orang sedang memanggang sate. Lalu mereka menurunkan Khabib, dan Zubair membawanya ke atas kudanya. Jenazah Khabib masih segar dan tidak berubah sedikit pun. Orang-orang musyik mengejar mereka berdua. Ketika mereka berhasil menyusul, Zubair melemparkan jenazah Khabib, dan tiba-tiba jenazahnya lenyap ditelan bumi. Oleh karena itu, Khabib disebut 'orang yang tertelan bumi'. (Diriwayatkan oleh Abu Yusuf dalam kitab Al-Lathaif dari Al-Dhahhak)